Pemuda Ajaib yang Direkrut Zuckerberg Disebut Bikin Kekacauan di Meta

I Putu Eka Putra Sedana . August 22, 2025

Matt Deitke meta ai

Teknologi.id - Dalam beberapa bulan terakhir, CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengungkap sesuatu yang mengejutkan: "Kami mulai melihat sekilas bahwa sistem AI kami meningkatkan dirinya sendiri. Perkembangan itu memang lambat, tapi tak terbantahkan."

Pernyataan ini bukan sekadar optimisme seorang pendiri perusahaan teknologi. Ini menjadi pengantar babak baru penuh ketegangan dalam dunia kecerdasan buatan. Di balik layar Meta, seorang wajah muda muncul dan mengguncang fondasi perusahaan: Matt Deitke, pakar AI berusia 24 tahun yang direkrut dengan kontrak fantastis USD 250 juta.

Baca juga: Matt Deitke, Ilmuwan 24 Tahun yang Dibayar Rp4 Triliun oleh Meta untuk AI Super

Anak Muda dengan Gaji Setara Bintang NBA

Sebelum namanya mencuat lewat laporan New York Times, tidak banyak yang mengenal Matt Deitke. Ia bukan selebritas teknologi seperti Elon Musk atau Sam Altman, namun kehadirannya langsung mengubah arah pengembangan AI di Meta.

Dengan latar belakang riset AI yang revolusioner, Deitke dipercaya memimpin arah baru pengembangan superintelijen buatan. Gaji yang diterimanya mencerminkan ekspektasi tinggi, bahkan disebut lebih tinggi daripada gaji pembuat bom atom atau bintang NBA menurut PCMag.

Ketegangan di Balik Ambisi Superintelligence

Kehadiran Deitke memicu perubahan struktural di Meta. Meta Superintelligence Labs yang sebelumnya satu kesatuan, kini dibagi menjadi empat divisi: riset AI, superintelijen AI, produk & infrastruktur, serta hardware AI.

Alexandr Wang, CEO Scale AI yang kini memimpin divisi AI Meta, menjadi sosok kontroversial dengan keputusan membuang model superintelijen lama, Behemoth, dan membangun ulang dari nol. Langkah ini memicu eksodus pakar AI senior yang tidak setuju dengan arah baru perusahaan.

Antara Kecerdasan Buatan dan Politik Teknologi

Langkah Meta mengeksplorasi model AI pihak ketiga menimbulkan tanda tanya. Meski mengalokasikan USD 72 miliar untuk belanja modal, perusahaan mempertimbangkan teknologi dari luar, yang memicu spekulasi bahwa ambisi internal tidak sepenuhnya berjalan sesuai rencana.

Menurut studi Oxford Internet Institute, pergantian kepemimpinan dalam proyek AI besar sering menimbulkan ketegangan antara idealisme teknologi dan pragmatisme bisnis. Perusahaan besar cenderung menghadapi konflik saat menggabungkan inovasi radikal dengan struktur korporat mapan.

AI yang Belajar Sendiri: Mimpi atau Ancaman?

Zuckerberg menyebut AI Meta mulai belajar mandiri tanpa campur tangan manusia. Klaim ini menimbulkan kekhawatiran akademisi. Laporan MIT Technology Review menyatakan, “AI yang mampu belajar mandiri berpotensi melampaui kontrol manusia jika tidak dibatasi oleh kerangka etis dan teknis yang ketat.”

Deitke berada di tengah pusaran antara harapan dan ketakutan. Ia menjadi simbol generasi baru yang berani menantang sistem lama, meski risikonya tinggi.

Baca juga: Mark Zuckerberg Ungkap Meta AI Kini Bisa Belajar Mandiri, Menuju Super Intelligence

Masa Depan Ditentukan oleh Anak Muda

Kisah Matt Deitke lebih dari soal gaji atau konflik internal. Ini refleksi bagaimana teknologi, ambisi, dan generasi baru bertabrakan dalam satu ruang. Meta sedang mengalami transformasi teknis sekaligus filosofis.

Bagi pembaca yang mengikuti perkembangan AI, kisah ini mengingatkan bahwa masa depan tidak selalu dibentuk oleh pengalaman, tapi oleh keberanian—seperti yang ditunjukkan Deitke, meski dengan harga tinggi.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(ipeps)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar