
Teknologi.id - Mark Zuckerberg, CEO Meta atau induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp, terancam kehilangan dua layanan utamanya, yakni Instagram dan WhatsApp.
Hal ini dikarenakan sejak 2020, Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission/FTC) Amerika Serikat menyelidiki dugaan bahwa akuisisi Meta atas dua platform tersebut dilakukan untuk mematikan persaingan.
Jika terbukti benar, FTC dapat memaksa Meta untuk merombak struktur perusahaannya atau bahkan melepas kepemilikan atas Instagram dan WhatsApp.
Baca juga: Cara Memindahkan WhatsApp dari Android ke iPhone Tanpa Reset
FTC bongkar strategi akuisisi Meta demi singkirkan pesaing
Pengacara FTC, Daniel Matheson, menyatakan bahwa Meta mengakuisisi Instagram dan WhatsApp karena khawatir kedua startup tersebut bisa menjadi ancaman besar bagi dominasi perusahaan.
Ia juga menuding Meta telah memanfaatkan posisinya untuk meraup keuntungan besar, meskipun tingkat kepuasan pengguna menurun.
Sebagai respons, CEO Meta, Mark Zuckerberg, diminta memberikan kesaksian dalam sidang anti-monopoli pada Senin (14/4/2025).
Dalam kesaksiannya, Zuckerberg membantah tuduhan FTC, termasuk anggapan bahwa Meta memonopoli platform berbagi konten antar-teman dan keluarga di AS.
Ia menegaskan bahwa berbagi dengan teman hanyalah salah satu prioritas perusahaannya, dan prioritas lainnya adalah membantu pengguna menemukan konten yang relevan.
Menurut Zuckerberg, sejak Facebook lebih menonjolkan konten dari teman pada 2018, pengguna justru lebih suka membagikan konten melalui chat daripada feed. Ia menilai hal ini sebagai kesalahpahaman dari pihak pengguna.
“Saya kira, orang-orang keliru memahami bagaimana keterlibatan sosial secara online berkembang,” ujarnya.
“Orang-orang terus terlibat dengan banyak hal yang tidak dilakukan teman-temannya,” tambahnya.
Baca juga: Mark Zuckerberg Prediksi Smartphone Akan Tergantikan dengan Benda Ini
Zuckerberg memprediksi hanya sekitar 20% konten di Facebook dan 10% konten di Instagram yang berasal dari teman pengguna, sementara sisanya berasal dari akun-akun berbasis minat yang mereka ikuti.
FTC juga mengungkap e-mail lama yang menunjukkan bahwa Zuckerberg pernah menyarankan akuisisi Instagram sebagai langkah untuk menghilangkan pesaing potensial Facebook.
Dalam e-mail tersebut, ia menulis bahwa "lebih baik membeli daripada bersaing."
Dokumen lainnya mengindikasikan kekhawatirannya bahwa WhatsApp bisa tumbuh menjadi platform media sosial.
Meski demikian, Zuckerberg berdalih bahwa akuisisi Instagram (2012) dan WhatsApp (2014) justru memberi manfaat besar bagi pengguna.
Namun, argumen ini dinilai mulai kehilangan relevansi, terutama di tengah persaingan yang kini semakin ketat dengan TikTok, YouTube, dan iMessage.
Ancaman serius bagi Meta
FTC menilai bahwa platform seperti TikTok, YouTube, dan iMessage tidak termasuk kompetitor langsung Instagram atau WhatsApp.
Karena itu, lembaga ini menuntut Meta untuk melepas kepemilikan atas dua layanan tersebut guna memulihkan persaingan pasar dan mencegah praktik monopoli.
Sidang atas kasus inipun diketahui masih akan berlanjut hingga sekitar Juli 2025. Jika FTC berhasil membuktikan bahwa persaingan pasar bisa dipulihkan lewat penjualan Instagram dan WhatsApp, maka mereka berpotensi memenangkan gugatan tersebut.
Sementara itu, bagi Meta, kehilangan Instagram bisa menjadi pukulan besar secara finansial.
Menurut riset Emarketer, Instagram diperkirakan menyumbang pendapatan sebesar 37,13 miliar dolar AS (sekitar Rp 624 triliun) pada 2025, dan menghasilkan pendapatan per pengguna yang lebih tinggi dibanding platform lain, termasuk Facebook.
Sedangkan, WhatsApp belum menyumbang banyak secara langsung, akan tetapi aplikasinya memiliki basis pengguna harian yang sangat besar dan dinilai potensial untuk mendukung strategi monetisasi Meta lewat fitur seperti chatbot dan lainnya.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(AAA)
Tinggalkan Komentar