Sumber: Babak Habibi / Unsplash
Teknologi.id – Isu privasi digital kembali memanas setelah organisasi hak digital SMEX merilis laporan terbaru mengenai perangkat Samsung Galaxy A dan M di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).
Menurut laporan tersebut, HP Samsung seri tertentu sudah dibekali aplikasi bawaan bernama AppCloud. Masalahnya, aplikasi ini tidak bisa dihapus, dan lebih buruk lagi—diduga kuat melakukan pengumpulan data pengguna secara diam-diam.
Baca juga: Korea Selatan Larang Siswa Pakai HP di Sekolah Mulai 2026, Alasannya Bikin Kaget!
Apa Itu AppCloud?
AppCloud disebut sebagai bloatware atau aplikasi bawaan yang langsung aktif begitu perangkat pertama kali dinyalakan.
Bagi sebagian orang, bloatware hanya dianggap memperlambat performa HP. Namun laporan SMEX menilai AppCloud jauh lebih berbahaya. Aplikasi ini dikembangkan oleh IronSource, perusahaan asal Israel, dan memiliki akses luas ke data sensitif pengguna.
Data yang diduga dikumpulkan antara lain:
-
Riwayat penggunaan aplikasi
-
Lokasi pengguna
-
Alamat IP
-
Identitas perangkat (fingerprint)
-
Bahkan kemungkinan data biometrik
Yang membuat resah, AppCloud tidak bisa dihapus dengan cara biasa. Satu-satunya jalan adalah melakukan root pada perangkat, yang jelas berisiko tinggi karena bisa menghilangkan garansi dan melemahkan sistem keamanan.
Fungsi Resmi vs Dugaan Pengawasan
Secara resmi, AppCloud berfungsi memberikan rekomendasi aplikasi lewat sistem Aura. Dari luar, fitur ini terlihat sepele: sekadar menyarankan aplikasi sesuai kebiasaan pengguna.
Namun di balik itu, ada dugaan pengumpulan data masif yang bisa dikaitkan dengan profil pribadi pengguna. Dalam konteks kawasan MENA yang sensitif secara politik, fakta bahwa aplikasi ini dibuat oleh perusahaan Israel menambah kekhawatiran publik.
Kritik Keras dari SMEX
SMEX sudah melayangkan surat terbuka kepada Samsung sejak Mei lalu dengan beberapa tuntutan utama:
-
Menjelaskan alasan pemasangan AppCloud khusus untuk pasar MENA.
-
Memberikan opsi aman untuk menghapus aplikasi tanpa harus root.
-
Menyajikan kebijakan privasi AppCloud secara transparan.
Menurut SMEX, langkah Samsung menanamkan aplikasi seperti AppCloud melanggar prinsip perlindungan data pribadi. Praktik ini dinilai sebagai bentuk pelanggaran serius terhadap konsumen, terutama di era ketika privasi digital dianggap sebagai hak fundamental.
Isu Privasi, Politik, dan Transparansi
Kasus AppCloud semakin besar karena tiga faktor utama:
-
Privasi Digital – Pengumpulan data tanpa izin jelas melanggar regulasi internasional seperti GDPR di Eropa.
-
Faktor Politik – Keterlibatan perusahaan Israel pada perangkat di Timur Tengah menimbulkan kecurigaan geopolitik.
-
Minim Transparansi – Hingga kini, Samsung belum memberikan pernyataan resmi terkait isu AppCloud. Diamnya Samsung justru memperbesar kekhawatiran publik.
Apa yang Bisa Dilakukan Pengguna?
Untuk pengguna di kawasan MENA, pilihan saat ini sangat terbatas. AppCloud sudah otomatis terpasang, sementara mencopotnya butuh langkah teknis berisiko.
SMEX menilai solusi terbaik ada di tangan Samsung: memberi opsi resmi dan aman untuk menghapus aplikasi tersebut.
Sementara bagi pengguna di luar kawasan MENA, kasus ini bisa jadi pengingat penting. Jangan anggap enteng aplikasi bawaan di HP, karena bisa saja menjadi pintu masuk pengumpulan data tanpa sepengetahuan pemilik perangkat.
Antara Teknologi dan Hak Privasi
Kasus AppCloud di Samsung Galaxy A dan M menunjukkan rumitnya persimpangan antara teknologi, privasi, dan politik global.
Di satu sisi, vendor teknologi menambahkan fitur untuk memudahkan pengguna. Namun di sisi lain, praktik ini justru berpotensi melanggar hak dasar konsumen.
Kini, publik menunggu apakah Samsung akan merespons tuntutan transparansi, atau tetap bungkam di tengah sorotan dunia. Yang jelas, kasus ini menjadi alarm penting bagi semua pengguna smartphone: selalu waspada terhadap aplikasi bawaan yang sudah ada bahkan sebelum perangkat digunakan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)
Tinggalkan Komentar