
Teknologi.id – Pengguna smartphone Xiaomi bersiap-siap: harga HP Xiaomi diperkirakan akan naik tahun depan. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Xiaomi, Lu Weibing, saat konferensi pers terkait laporan pendapatan perusahaan.
Menurut Weibing, kenaikan harga disebabkan oleh melonjaknya harga chip memori. Komponen ini kini banyak dibutuhkan untuk server kecerdasan buatan (AI) yang dibangun perusahaan teknologi di seluruh dunia. Lonjakan permintaan chip memori membuat produsen seperti Samsung menurunkan produksi untuk ponsel, dan memprioritaskan chip memori dengan bandwidth tinggi (high bandwidth memory) untuk server.
“Saya memperkirakan tekanan akan jauh lebih berat tahun depan dibanding tahun ini,” kata Weibing, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Xi Jinping Hadiahi Xiaomi 15 Ultra, Presiden Korea Selatan Bercanda: “Ini Aman?”
Kenaikan Harga Bisa Cukup Signifikan
Weibing menambahkan, konsumen kemungkinan akan melihat kenaikan harga eceran yang cukup besar. Meski begitu, dia menekankan bahwa menaikkan harga saja tidak cukup untuk menutupi seluruh tekanan biaya yang terjadi.
Bulan lalu, Weibing juga menyinggung isu serupa ketika harga Redmi K90 diumumkan. Ponsel andalan sub-merek Xiaomi itu dibanderol 2.599 yuan (sekitar Rp 6,1 juta) untuk versi RAM 12/256 GB, naik dari 2.499 yuan (sekitar Rp 5,8 juta) dibanding pendahulunya, Redmi K80 yang dirilis November 2024.
Meski memberi peringatan kenaikan harga, Weibing belum merinci persentase kenaikan atau apakah hal ini akan berlaku secara global, termasuk di Indonesia.
Baca juga: Xiaomi Rilis Walkie-Talkie Digital, Bisa Komunikasi Jarak Jauh hingga 5 Km!
Xiaomi Tetap Tumbuh di Tengah Tekanan
Meskipun harga komponen naik, Xiaomi tetap mencatat pertumbuhan pengiriman ponsel. Laporan firma riset Omdia mencatat, Xiaomi berhasil mengirim 43,4 juta unit pada kuartal III-2025, naik 1 persen dibanding tahun lalu. Dengan angka ini, Xiaomi menguasai 14 persen pangsa pasar smartphone global, menempati posisi ketiga di bawah Samsung (19 persen) dan Apple (18 persen).
Di posisi keempat dan kelima ada Transsion (9 persen) dan Vivo (9 persen), masing-masing dengan pengiriman sekitar 28,5–28,6 juta unit.
Dengan kondisi ini, Xiaomi menghadapi tantangan besar dari kenaikan biaya produksi, namun tetap menunjukkan kemampuan untuk bertahan dan tumbuh di pasar global.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)

Tinggalkan Komentar