
Teknologi.id - Sekelompok peneliti dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) baru saja mengumumkan pencapaian luar biasa yang dapat merevolusi dunia pengobatan kanker.
Mereka menemukan metode untuk mengembalikan sel kanker usus besar menjadi sel sehat tanpa perlu menghancurkannya, membuka peluang baru bagi terapi kanker yang lebih aman dan minim efek samping.
Baca juga: Gunakan Metode Baru, Ilmuwan Berhasil Hancurkan 99% Sel Kanker
Alternatif Kemoterapi
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Advanced Science pada 22 Januari 2025 dan menjadi terobosan penting dalam terapi kanker. Metode baru ini berpotensi mengatasi efek samping kemoterapi, yang selama ini masih menjadi tantangan besar dalam dunia medis.
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Profesor Kwang-Hyun Cho menggunakan pendekatan berbasis model digital untuk menganalisis jaringan genetik. Mereka berhasil mengidentifikasi tiga molekul kunci yang memainkan peran utama dalam transformasi sel sehat menjadi kanker, yaitu: MYB, HDAC2, dan FOXA2.
Dengan menekan aktivitas molekul-molekul ini, para peneliti menemukan bahwa sel kanker dapat kembali ke kondisi normal, membuka kemungkinan terapi baru yang lebih presisi.
"Kami menemukan sakelar molekuler yang dapat mengembalikan sel kanker ke kondisi normal dengan menangkap momen transisi kritis, sebelum sel normal berubah menjadi kanker yang tidak dapat dipulihkan," kata Profesor Cho, dikutip dari Newsweek pada Selasa, 4 Maret 2025.

Implikasi Besar: Dapat Diterapkan untuk Jenis Kanker Lain
Penemuan ini tidak hanya terbatas pada kanker usus besar. Profesor Cho dan timnya meyakini bahwa teknologi ini juga dapat diterapkan pada jenis kanker lain, termasuk kanker otak—salah satu bentuk kanker yang paling sulit diobati.
"Studi ini telah mengungkap secara terperinci, pada tingkat jaringan genetik, perubahan apa yang terjadi di dalam sel di balik proses perkembangan kanker, yang selama ini dianggap misteri. Ini adalah studi pertama yang mengungkap bahwa petunjuk penting yang dapat membalikkan nasib tumorigenesis tersembunyi pada momen perubahan ini," jelas Profesor Cho.

Baca juga: Penelitian Baru Ungkap Virus Covid-19 Bisa Lawan Kanker Stadium 4
Masa Depan Pengobatan Kanker: Revolusi Tanpa Kemoterapi?
Penemuan ini menjadi titik awal yang menjanjikan untuk pengembangan terapi kanker yang lebih inovatif, tanpa harus menggunakan metode konvensional seperti kemoterapi atau operasi yang berisiko tinggi.
Jika penelitian lanjutan membuktikan efektivitas metode ini dalam berbagai jenis kanker, dunia medis mungkin akan memasuki era baru dalam pengobatan kanker tanpa efek samping.
Terobosan ini membuktikan bahwa pemahaman yang lebih dalam terhadap proses genetik dapat membawa solusi revolusioner bagi jutaan pasien kanker di seluruh dunia. Apakah ini awal dari akhir era kemoterapi? Hanya waktu yang bisa menjawab.
(dwk)
Tinggalkan Komentar