Trump Ungkap Niat Ingin “Bantu China”, Benarkah Perang Dagang Telah Usai?

Sarah Shabrina . October 13, 2025

Teknologi.id – Donald Trump mengunggah satu postingan di platform Truth Social, dalam tulisannya ia mengisyaratkan bahwa Amerika Serikat ingin membantu China dan tidak membiarkan China hancur. Namun, ungkapan tersebut muncul beberapa hari setelah ia mengancam akan menaikan tarif ekspor hingga 100% kepada China.

Pernyataan kontras ini menimbulkan tanda tanya besar bagi publik, apakah Trump benar-benar melunak terhadap China atau hanya sekadar strategi politik ekonomi saja? mengingat kedua negara tersebut memiliki peran pentingnya masing-masing.

Kebijakan Ekspor China (Rare Earths)

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China sudah berlangsung sejak beberapa waktu belakang. Namun, kian memanas setelah Trump mengumumkan bahwa akan menaikkan tarif 100% kepada China pada jumat, 10 Oktober 2025.

“Berdasarkan fakta bahwa China telah mengambil posisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mulai 1 November 2025 Amerika Serikat akan memberlakukan tarif 100% terhadap China, di atas tarif yang saat ini yang mereka bayarkan. Pada 1 November, kami juga akan memberlakukan kontrol ekspor terhadap semua perangkat lunak”  ungkap Trump.

Pernyataan tersebut dikeluarkan Trump setelah China memperketat kebijakan ekspor china logam tanah jarang (Rare earths) dan juga meminta agar ByteDance dan Alibaba membatalkan pemesanan chip Nvidia.

“Jika Amerika Serikat bersikeras mengambil jalan yang salah, Tiongkok pasti akan mengambil langkah tegas untuk melindungi hak dan kepentingan sahnya” sebut juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok".

Mengutip dari IDN Finance, perketatan kebijakan ekspor yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan China yang diterbitkan pada 9 Oktober 2025 ini bukan berarti melarang ekspor, tetapi sebagai upaya untuk menjaga perdamaian dunia dari penyalahgunaan logam tanah jarang di sektor militer.

Selain itu, China juga mengumumkan akan mengenakan biaya kepada kapal Amerika Serikat mulai tanggal 14 Otober 2025 yang berlabuh di pelabuhan China, aturan ini meniru tarif baru AS terhadap kapal China.

“Kontrol ini tidak berarti larangan ekspor. Permohonan yang memenuhi persyaratan akan disetujui” ujar juru bicara kementerian Perdagangan China, dilansir dari IDN Finance.

Menurut Internasional Energy Agency (IEA), dibandingkan Amerika Serikat, China mendominasi produksi mineral langka. Diketahui China menguasai sekitar 61% produksi dan 92% pemurnian mineral langka di tingkal global.

Berdasarkan pada kebijakan pembatasan ekspor logam tanah jarang tersebut, industri pertahanan di Amerika langsung terdampak, sebab mereka masih bergantung pada rantai pasokan dari China. Maka dari itu Trump mencari cara agar dapat kembali bernegosiasi.

Baca juga: Trump Naikkan Tarif Impor China Jadi 245 Persen, Perang Dagang Kian Memanas

Trump Melunak, Sebut “Ingin Bantu China”

Kebijakan-kebijakan baru yang diumumkan oleh China, sempat membuat Trump geram. Tetapi Donald Trump kembali menjadi sorotan publik lewat postingan di platform miliknya, Truth Social. Dalam tulisan tersebut, Trump tampak melunak dan menyiratkan keinginan “membantu” China daripada merusaknya.

“Jangan khawatir tentang China, semuanya akan baik-baik saja! Presiden Xi yang sangat dihormati baru saja mengalami momen yang buruk. Dia tidak ingin negaranya mengalami depresi ekonomi dan saya pun tidak. Amerika Serikat ingin membantu China bukan menyakitinya” tulis Trump.

Trump mengunggah tulisan tersebut, tidak lama setelah ia menegaskan bahwa Amerika akan memberlakukan tarif tambahan terhadap produk impor asal China sebesar 100% dan mulai diberlakukan pada tanggal 1 November 2025 mendatang.

 

Masih melalui posting di platform miliknya, Trump mengatakan bahwa hubungan Amerika Serikat dan China selama enam bulan terakhir baik-baik saja. namun, pada postingan yang sama, Trump juga menyebutkan jika dirinya tidak memiliki alasan untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan APEC di Korea Selatan.


Dengan demikian, publik menilai jika Trump seolah-olah ingin menunjukan bahwa ia bukan hanya seorang pemimpin yang keras, tetapi mampu bersikap rasional dan diplomatis dalam suatu situasi. Langkah ini juga dinilai publik sebagai upaya untuk memenangkan pasar global yang terguncang akibat ancaman tarif tinggi.


Kementerian perdagangan China menanggapi ancaman Trump yang ingin menaikkan tarif menjadi 100%. “Ancaman tarif tinggi yang disengaja bukanlah cara yang tepat untuk menjalin hubungan dengan Tiongkok. Posisi Tiongkok dalam perang dagang ini konsisten. Kami tidak akan menginginkannya, tetapi kami tidak takut” kata juru bicara Kementerian perdagangan China, dilansir melalui theguardian.

 

Penutup

Pernyataan Trump di Truth Social jelas menunjukan bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan China belum benar-benar mencapai titik akhir kesepakatan damai. Meski begitu, setidaknya pernyataan tersebut menunjukkan adanya ruang untuk dialog baru antara Washington dan Beijing.


Baca artikel dan berita lainnya di Google news

(SS)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar