Sumber: Steve Johnson / Unsplash
Teknologi.id – Artificial Intelligence (AI) kini menjadi topik hangat di hampir semua industri, mulai dari perbankan, telekomunikasi, hingga manufaktur. Hampir setiap sektor berlomba memanfaatkan AI untuk meningkatkan daya saing. Namun, di balik potensi besar tersebut, ada dua hal yang tidak boleh dilupakan: data dan etika.
AI Butuh Fondasi Kuat, Bukan Sekadar Tren
Direktur Utama PT Intikom Berlian Mustika, Agus Susanto, dalam konferensi teknologi LeadX 2025 di Jakarta (19 Agustus 2025), menegaskan bahwa bisnis yang ingin sukses dengan AI tidak cukup hanya berinvestasi pada teknologi. Perusahaan juga harus memastikan keamanan data dan penerapan etika yang benar.
“Security itu sangat penting untuk membentengi pertahanan data kita. Saya harapkan lewat forum ini para peserta mendapat pembaruan tentang proteksi data yang lebih baik,” ujar Agus.
AI ibarat mesin canggih tanpa bahan bakar jika tidak ada data. Namun, semakin besar data yang digunakan, semakin besar pula risiko kebocoran dan penyalahgunaan.
Baca juga: Meta Hentikan Perekrutan Tenaga Ahli AI, Apa yang Terjadi?
Perlindungan Data Jadi Isu Utama
Konferensi LeadX 2025 yang dihadiri lebih dari 500 peserta dari 100+ perusahaan lintas sektor ini juga menyoroti pentingnya perlindungan data pribadi dan data strategis perusahaan. Mulai dari catatan pelanggan hingga desain kapal atau pesawat terbang, semua itu adalah aset berharga yang wajib dijaga.
Salah satu isu menarik adalah soal hak cipta dalam data AI. Menurut Agus, AI sering kali mereferensi data yang sebenarnya tidak boleh digunakan sembarangan.
“Apalagi dengan AI, kadang sistem mereferensi data yang sebenarnya memiliki hak cipta. Karena itu, pemerintah sudah mengatur agar data orang lain tidak digunakan sembarangan,” tegasnya.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa asal jalan dalam mengembangkan AI. Ada regulasi seperti Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang wajib dipatuhi.
Tiga Pilar Utama AI: Data, Keamanan, dan Etika
Direktur Intikom lainnya, Sudimin Mina, menyebutkan bahwa AI berdiri di atas tiga pilar utama:
-
Data → bahan bakar utama bagi AI.
-
Keamanan → memastikan data terlindungi dari pencurian atau penyalahgunaan.
-
Etika → penggunaan data harus sesuai izin, transparan, dan tidak melanggar hak individu.
“AI tanpa data tidak mungkin. Tetapi data itu harus diamankan dan dipakai secara etis. Misalnya, data pelanggan hanya bisa dipakai setelah mendapat izin sesuai Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi,” jelas Sudimin.
Teknologi canggih sekalipun bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan tanggung jawab.
Menuju Ekosistem Digital Berkelanjutan
Lebih jauh, Sudimin menegaskan bahwa LeadX 2025 bukan hanya ajang pamer inovasi, tetapi juga ajakan untuk membangun ekosistem digital berkelanjutan di Indonesia. Sinergi antara inovasi, keamanan, dan etika adalah kunci agar AI membawa manfaat tanpa menimbulkan risiko besar.
“Etika itu harus dijaga dengan baik. Security juga sama. Apalagi data itu penting, etikanya adalah kita pastikan, mulai dari desain, solusi AI, sampai di-consume, itu harus etik,” ujarnya.
Dengan kata lain, AI bukan sekadar algoritma pintar atau machine learning, tapi juga soal bagaimana manusia mengatur cara penggunaannya.
Baca juga: 5 AI Terbaik untuk Excel 2025: Olah Data Jadi Cepat & Mudah
AI yang Aman, Etis, dan Bertanggung Jawab
Dari konferensi LeadX 2025, jelas bahwa masa depan AI di Indonesia penuh peluang, tapi juga memiliki tantangan besar. Keamanan data dan penerapan etika adalah fondasi yang tidak bisa ditawar. Tanpa itu, AI bisa berubah dari peluang menjadi ancaman.
Membangun AI yang aman, etis, dan bertanggung jawab bukan hanya tugas perusahaan teknologi, melainkan juga pemerintah, regulator, dan seluruh pemangku kepentingan. Pada akhirnya, AI seharusnya menjadi alat bantu untuk memajukan manusia, bukan sebaliknya.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)
Tinggalkan Komentar