Perusahaan ini Menyesal Gantikan Pekerja dengan AI, Kini Rekrut Karyawan Lagi

Farsya Sabila . September 17, 2025
perusahaan yang menyesal gunakan AI
Foto: VKTR.com


Teknologi.id - Sejumlah perusahaan yang sempat menggantikan pekerja dengan kecerdasan buatan (AI) kini mulai berbalik arah. Harapan besar untuk menekan biaya dan meningkatkan efisiensi justru menimbulkan masalah baru, mulai dari menurunnya kualitas layanan hingga meningkatnya keluhan pelanggan.

Klarna: Dari Pemangkasan Ribuan Karyawan ke Rekrutmen Ulang

Klarna, perusahaan fintech asal Swedia, sempat memangkas sekitar 1.200 karyawan pada 2024 dan menggantinya dengan AI. Namun, setelah kualitas layanan menurun dan keluhan pelanggan meningkat, Klarna kini kembali merekrut tenaga kerja manusia.

CEO Klarna, Sebastian Siemiatkowski, mengungkapkan jumlah karyawan perusahaan turun dari 5.000 menjadi 3.800 orang seiring penerapan AI untuk menangani pertanyaan pelanggan. Chatbot Klarna bahkan mengambil alih pekerjaan setara 700 staf, menurunkan rata-rata waktu penyelesaian masalah dari 11 menit menjadi 2 menit.

Baca juga: Cara Buat Foto Polaroid Gemini AI Bareng Orang Tua yang Sudah Tiada, Lengkap Prompt

Pada Mei lalu, Klarna memperkenalkan avatar AI Siemiatkowski untuk mempresentasikan laporan kuartalan, bahkan membuat layanan hotline interaktif menggunakan suara dan wawasan asli sang CEO. Meski sempat memangkas ribuan pekerja, Klarna kini membuka lebih dari dua lusin lowongan kerja baru.

“Penting bagi pelanggan untuk tahu bahwa akan selalu ada manusia ketika mereka membutuhkannya,” ujar Siemiatkowski, seperti dikutip Bloomberg. Pernyataan ini menandakan strategi AI-first Klarna belum sepenuhnya diterima pengguna.

Perusahaan Lain Juga Menyesal Mengandalkan AI

Klarna bukan satu-satunya perusahaan yang merasakan dampak negatif ketergantungan pada AI. Canva sempat memangkas tim penulis teknis karena AI dianggap mampu menggantikan tugas mereka, namun hal ini menurunkan kualitas komunikasi konten. Fiverr dan Shopify juga mendorong karyawan menggunakan AI secara masif, tetapi langkah tersebut memicu keresahan di internal perusahaan.

Hasil survei Orgvue menunjukkan sekitar 40 persen pemimpin bisnis pernah mengganti pekerja dengan AI, dan 55 persen di antaranya menyesalinya. Kurangnya strategi dan pelatihan menjadi penyebab utama. Hal ini menegaskan bahwa AI lebih efektif digunakan sebagai pendamping manusia, bukan pengganti total.

Dampak Negatif Menggantikan Karyawan dengan AI

Penggantian pekerja manusia dengan AI tidak selalu berjalan mulus. Banyak perusahaan kehilangan keahlian berharga yang dimiliki karyawan berpengalaman. Layanan pelanggan menjadi kaku dan kurang personal, membuat konsumen kecewa. Moral tim internal pun menurun ketika posisi mereka digantikan mesin.

Masalah keamanan data juga serius. Survei KPMG menemukan lebih dari separuh pekerja yang menggunakan AI melakukan kesalahan, dan hampir setengahnya pernah mengunggah informasi sensitif ke platform publik. Ini menunjukkan bahwa penggunaan AI tanpa pedoman dan pelatihan jelas berisiko besar bagi perusahaan.

Baca juga: Viral! Cara Edit Foto di Lift dengan Jas Pakai Gemini AI, Hasil Realistis dan Elegan

AI Masih Jadi Daya Tarik, Tapi dengan Pendekatan Hati-hati

Meski banyak perusahaan menyesal, minat terhadap AI tetap tinggi. Survei terbaru menunjukkan 75 persen pemimpin bisnis ingin memaksimalkan penggunaan AI dalam waktu dekat. Namun, pendekatan kini lebih hati-hati, menekankan keseimbangan antara teknologi dan tenaga manusia.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(fs)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar