Riset 2025: AI Diprediksi Akan Lebih Boros Listrik daripada Penambangan Bitcoin

Mohammad Owen . June 04, 2025

AI bitcoin

Sumber: TechSpot

Teknologi.id - Selama bertahun-tahun, aktivitas penambangan Bitcoin dikenal sebagai salah satu biang kerok borosnya konsumsi listrik secara global. Namun, kondisi itu tampaknya akan segera berubah. Menurut riset terbaru, justru teknologi yang dianggap sebagai masa depan dunia—yakni kecerdasan buatan atau AI—diprediksi bakal mengalahkan Bitcoin dalam hal konsumsi energi pada akhir tahun 2025.

Baca juga: Strategi AS Menjadikan Bitcoin & Kripto Sebagai Aset Cadangan Negara

Riset ini diungkap oleh Alex de Vries-Gao, kandidat doktor dari Vrije Universiteit Amsterdam, dan dipublikasikan di jurnal ilmiah Joule. Judul risetnya, “Artificial Intelligence: Supply Chain Constraints and Energy Implications,” membahas secara mendalam bagaimana pesatnya pertumbuhan teknologi AI, khususnya generatif AI, berdampak besar terhadap konsumsi energi global.

GPU Super Canggih yang Haus Daya

Salah satu sorotan utama dalam riset ini adalah peran besar GPU (Graphics Processing Unit) dalam konsumsi energi AI. GPU seperti Nvidia H100, yang menjadi andalan pusat data (data center) dalam menjalankan model-model AI kompleks, ternyata menyedot daya hingga 700 watt secara terus-menerus. Sebagai gambaran, angka ini setara dengan daya listrik 10 unit kulkas rumah tangga yang menyala bersamaan.

Nvidia sendiri diperkirakan akan menjual sekitar 1,5 hingga 2 juta unit GPU H100 sepanjang 2024. Ini berarti ada jutaan unit perangkat berkinerja tinggi yang akan terus beroperasi di berbagai pusat data di seluruh dunia. Selain Nvidia H100, ada pula GPU seri Ampere seperti A100 yang memiliki TDP (Thermal Design Power) sebesar 400 watt. Tak ketinggalan AMD dengan MI250X (500 watt) dan MI300X (750 watt) yang juga turut berkontribusi terhadap ledakan kebutuhan listrik.

Jika seluruh GPU itu dikalikan dengan jumlahnya di seluruh dunia dan dijumlahkan, maka konsumsi listrik yang dihasilkan akan mencapai angka yang luar biasa. Menurut estimasi de Vries-Gao, pusat data AI akan membutuhkan hampir 50 gigawatt (GW) daya listrik pada akhir tahun 2025. Angka ini bukan hanya mengejutkan, tapi juga jauh melebihi konsumsi listrik dari seluruh penambangan Bitcoin global yang hanya diperkirakan sekitar 20 GW pada Maret 2025.

Konsumsi Listrik AI Setara Negara

Untuk memberikan konteks, 50 GW listrik setara dengan kebutuhan daya seluruh negara Irlandia (kurang dari 5 GW), atau bahkan lebih besar dari gabungan kebutuhan listrik negara-negara seperti Swiss, Austria, dan Finlandia. Bahkan jika dibandingkan dengan Inggris atau Prancis, konsumsi listrik AI ini masih berada di atasnya.

Pertumbuhan konsumsi listrik AI ini memang tidak bisa dianggap remeh. Jika saat ini AI menyumbang sekitar 20 persen dari total konsumsi listrik di pusat data, maka pada 2026 angka tersebut diperkirakan akan melonjak menjadi hampir 50 persen. Dengan kata lain, hampir setengah dari seluruh daya listrik yang digunakan oleh pusat data akan diserap oleh proses-proses AI.

Tak mengherankan, Badan Energi Internasional (IEA) pun mengeluarkan peringatan bahwa pertumbuhan teknologi AI dapat menggandakan konsumsi listrik pusat data global hanya dalam waktu dua tahun. Sebuah lonjakan yang bahkan lebih cepat dibanding pertumbuhan energi pada sektor lain dalam dekade terakhir.

Ironi Teknologi Hijau?

Fakta bahwa AI akan melampaui Bitcoin sebagai teknologi paling boros listrik memunculkan ironi tersendiri. Pasalnya, AI selama ini dipromosikan sebagai solusi untuk efisiensi, keberlanjutan, dan penghematan energi di berbagai sektor industri. Namun di balik manfaatnya, AI justru menyimpan potensi masalah lingkungan baru yang cukup serius.

Hal ini menjadi tantangan besar bagi perusahaan teknologi dan pembuat kebijakan di seluruh dunia. Di satu sisi, AI membuka berbagai peluang transformasi digital yang luar biasa. Tapi di sisi lain, ada harga lingkungan yang harus dibayar, terutama bila sumber energi yang digunakan belum sepenuhnya berasal dari energi terbarukan.

Baca juga: Dari Ordinals ke Runes: Pengantar Singkat tentang Aset Bitcoin L1

Perlu Tindakan dan Strategi Keberlanjutan

Riset Alex de Vries-Gao ini menjadi pengingat penting bahwa transformasi digital harus berjalan seiring dengan kesadaran energi dan lingkungan. Pembangunan pusat data yang lebih efisien, penggunaan chip yang hemat daya, serta pemanfaatan energi hijau menjadi langkah-langkah yang harus dipertimbangkan secara serius.

Jika tidak, kehadiran AI yang diharapkan dapat mengoptimalkan berbagai aspek kehidupan justru bisa menjadi penyumbang besar terhadap jejak karbon global. Mengingat kecepatan adopsi dan perkembangan teknologi AI, waktu untuk bertindak semakin sempit.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(mo)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar