
Teknologi.id – Langit di atas Amerika Utara baru-baru ini memancarkan kilatan cahaya misterius yang sekilas tampak seperti meteorit jatuh. Namun setelah ditelusuri, pemandangan dramatis itu ternyata bukan berasal dari luar angkasa, melainkan dari satelit Starlink yang kembali memasuki atmosfer Bumi dan terbakar.
Yang lebih mengejutkan, fenomena ini kini terjadi hampir setiap hari. Para ilmuwan melaporkan bahwa 1–2 satelit Starlink jatuh ke Bumi setiap harinya, dan jumlahnya diperkirakan terus meningkat hingga 5 satelit per hari di masa mendatang.
Mengapa Satelit Starlink Sering Jatuh?
Fenomena ini terjadi karena siklus hidup alami satelit di orbit rendah Bumi (Low Earth Orbit/LEO).
Satelit Starlink milik Elon Musk hanya memiliki usia operasional 5–7 tahun. Setelah melewati masa pakainya, satelit-satelit tersebut otomatis turun dan terbakar di atmosfer.
Menurut Jonathan McDowell, pakar astrofisika dari Harvard yang memantau aktivitas satelit global, peningkatan ini tidak bisa dihindari. Saat ini terdapat lebih dari 8.000 satelit Starlink yang aktif di orbit, dan jumlah tersebut belum termasuk sekitar 30.000 satelit LEO lainnya milik proyek seperti Amazon Kuiper dan sistem China.
“Dengan jumlah satelit yang terus meningkat, kita akan melihat lebih banyak ‘bintang jatuh palsu’ setiap malam,” ujar McDowell.
Selain usia satelit, faktor lain seperti aktivitas matahari yang tinggi juga mempercepat proses jatuhnya satelit karena meningkatkan gesekan atmosfer. Bahkan, kegagalan peluncuran roket Falcon 9 juga pernah menyebabkan puluhan satelit Starlink tidak sampai ke orbit dan akhirnya jatuh kembali ke Bumi.
Ancaman Nyata bagi Lingkungan dan Lapisan Ozon
Meskipun sebagian besar satelit terbakar habis sebelum mencapai permukaan Bumi, para ilmuwan memperingatkan adanya dampak jangka panjang terhadap atmosfer.
Sebuah penelitian pada tahun 2024 menemukan bahwa puing-puing satelit yang terbakar melepaskan partikel logam seperti aluminium dan magnesium ke atmosfer. Partikel ini dapat berinteraksi dengan lapisan ozon, menyebabkan penipisan perlahan pada area tertentu.
Jika tren peningkatan satelit jatuh terus berlanjut, dampaknya terhadap lapisan ozon bisa menjadi ancaman serius bagi lingkungan global.
Baca juga: Taara: Internet Laser Google 100x Lebih Cepat dari Starlink, Tanpa Kabel & Satelit!
Risiko Puing dan Keselamatan Manusia
Selain efek lingkungan, Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) juga menyoroti risiko keselamatan manusia.
Dalam laporan resminya, FAA memperkirakan bahwa pada tahun 2035 akan ada satu korban luka setiap dua tahun akibat puing satelit yang jatuh ke Bumi.
Meskipun kemungkinan ini tergolong kecil, peringatan tersebut menjadi sinyal bahwa regulasi ketat terhadap satelit LEO sangat dibutuhkan untuk menjaga keselamatan publik dan kelestarian atmosfer.
Kesimpulan: Saatnya Dunia Bertindak
Fenomena jatuhnya satelit Starlink setiap hari adalah konsekuensi langsung dari ledakan jumlah mega-konstelasi satelit di orbit rendah.
Meski sebagian besar satelit terbakar habis tanpa membahayakan manusia, frekuensi yang terus meningkat menimbulkan kekhawatiran serius terhadap lapisan ozon dan keselamatan di Bumi.
Untuk itu, kerja sama global dan kebijakan ruang angkasa yang lebih ketat mutlak diperlukan. Dunia perlu memastikan bahwa kemajuan teknologi internet satelit seperti Starlink tidak mengorbankan kesehatan planet kita di masa depan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.(ak)

Tinggalkan Komentar