Sumber: Mariia Shalabaieva / Unsplash
Teknologi.id - ChatGPT kini bukan cuma jadi teman ngobrol pintar, tapi juga punya sistem pengawasan ketat khusus buat pengguna remaja. OpenAI resmi merilis fitur parental controls yang bikin orang tua bisa lebih leluasa mengontrol penggunaan ChatGPT anak mereka.
Baca juga: Open AI dan Perusahaan Teknologi Lainnya Akan Berikan Watermark pada Konten AI
Langkah ini hadir setelah banyak perdebatan soal keamanan anak dalam berinteraksi dengan AI, terutama setelah kasus tragis di Amerika Serikat, ketika seorang remaja bernama Adam Raine mengakhiri hidupnya usai berinteraksi dengan chatbot.
Akun Orang Tua Jadi Pengendali Utama
Fitur parental controls memungkinkan orang tua menautkan akun mereka ke akun anak remaja. Prosesnya sederhana: orang tua mengirimkan undangan, lalu begitu disetujui, akun akan otomatis terhubung.
Begitu terhubung, orang tua bisa mengatur banyak hal. Mulai dari menetapkan jam tenang (quiet hours), mematikan mode suara, menghapus memori percakapan ChatGPT, hingga membatasi akses ke fitur pembuatan gambar. Bahkan, ada opsi untuk keluar dari pelatihan model AI supaya interaksi anak tidak dijadikan data tambahan.
OpenAI menyebut pengaturan ini opsional dan fleksibel, sehingga keluarga bisa menyesuaikan sesuai kebutuhan.
Filter Konten Lebih Ketat
Selain kontrol teknis, OpenAI juga memperketat perlindungan konten. Akun remaja yang ditautkan otomatis mendapat filter ekstra:
- Tidak bisa mengakses konten grafis berlebihan
- Dibatasi dari konten viral yang bernuansa seksual, kekerasan, atau romantis ekstrem
- Tidak terekspos standar kecantikan yang bisa menekan psikologis remaja
Dengan begitu, pengalaman remaja saat berinteraksi dengan ChatGPT bisa lebih aman dan sesuai usia.
Deteksi Risiko Bunuh Diri
Salah satu fitur paling sensitif adalah deteksi dini risiko menyakiti diri sendiri. Jika sistem AI mendeteksi tanda-tanda seorang remaja berisiko melakukan tindakan berbahaya, tim internal OpenAI akan langsung meninjau dan menghubungi orang tua lewat email, SMS, atau notifikasi langsung di ponsel.
OpenAI menekankan bahwa sistem ini dikembangkan bersama ahli kesehatan mental, remaja, kelompok advokasi seperti Common Sense Media, serta pembuat kebijakan. Mereka ingin memastikan fitur ini tidak hanya sekadar teknis, tapi juga benar-benar relevan dengan kebutuhan psikologis anak muda yang rentan.
Belajar dari Kasus Tragis
Peluncuran parental controls ini tidak lepas dari kasus Adam Raine pada April 2025. Orang tua Adam bahkan sempat menggugat OpenAI karena percakapan dengan ChatGPT diduga ikut memengaruhi keputusan sang anak.
Kasus ini menjadi wake-up call besar bagi perusahaan teknologi. OpenAI mengaku tidak ada sistem yang sempurna, tapi mereka lebih memilih bertindak cepat dan memperingatkan orang tua ketimbang membiarkan potensi risiko dibiarkan begitu saja. Langkah ini juga dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kepercayaan publik bahwa teknologi tidak hanya soal inovasi, tetapi juga soal melindungi kehidupan manusia.
Kolaborasi dengan Banyak Pihak
Selain menggandeng pakar kesehatan, OpenAI juga bekerja sama dengan Jaksa Agung California dan Delaware dalam perancangan fitur ini. Langkah ini penting karena regulasi di Amerika Serikat cukup ketat terkait perlindungan konsumen, terutama anak di bawah umur. Dengan adanya kolaborasi ini, parental controls di ChatGPT tidak hanya berdiri di atas inovasi teknologi semata, tapi juga punya landasan hukum yang kuat.
OpenAI juga merangkul kelompok advokasi seperti Common Sense Media, yang selama ini dikenal vokal soal keamanan digital bagi anak. Kehadiran pihak ketiga semacam ini membuat fitur baru tersebut lebih bisa dipercaya, karena dikawal oleh lembaga yang memang fokus melindungi anak dan remaja dari bahaya dunia maya.
Tak berhenti di situ, perusahaan menegaskan bahwa sistem ini akan terus dievaluasi dan diperbarui secara berkala. Sebab, mereka sadar betul bahwa setiap teknologi pengawasan selalu punya celah. Remaja yang lebih melek digital mungkin saja mencoba menyiasati parental controls, dan inilah yang ingin diantisipasi OpenAI dengan peningkatan keamanan berkelanjutan.
Menyeimbangkan Inovasi dan Keamanan
Bagi OpenAI, merilis fitur ini bukan sekadar strategi bisnis, melainkan bentuk tanggung jawab moral sekaligus sosial. ChatGPT memang berkembang pesat sebagai alat bantu produktivitas, sumber belajar, hingga hiburan kreatif. Namun, perusahaan juga paham bahwa remaja adalah kelompok paling rentan karena mereka sedang berada di fase pencarian jati diri dan rentan terhadap pengaruh eksternal.
Di sinilah dilema muncul: bagaimana caranya menghadirkan teknologi canggih yang tetap ramah untuk anak muda? Parental controls dianggap sebagai jawaban sementara—sebuah jembatan yang berusaha menyeimbangkan antara inovasi AI dengan kebutuhan akan keamanan digital.
Fitur seperti pengaturan jam tenang, mematikan mode suara, atau bahkan menonaktifkan memori percakapan adalah contoh konkret bagaimana OpenAI mencoba memberi ruang aman bagi remaja. Orang tua bisa menyesuaikan pengaturan sesuai kebutuhan keluarga, sementara remaja tetap bisa menikmati ChatGPT tanpa harus kehilangan esensi utamanya sebagai asisten AI yang cerdas.
OpenAI sendiri mengakui bahwa tidak ada sistem yang benar-benar sempurna. Namun, dengan adanya parental controls, perusahaan ingin menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengejar kemajuan teknologi, tapi juga berkomitmen menjaga keseimbangan antara inovasi, keamanan, dan kemanusiaa
Baca juga: Open AI Luncurkan GPT-4 Turbo: Apakah Bisa Pecahkan Semua Tantangan AI?
AI Ramah Anak, Tantangan Baru Dunia Digital
Kehadiran parental controls di ChatGPT menandai era baru: AI bukan cuma harus canggih, tapi juga harus aman bagi semua kalangan. Tantangan berikutnya adalah bagaimana fitur ini bisa diadopsi secara luas dan konsisten, sehingga pengalaman digital anak tetap menyenangkan tanpa mengorbankan keselamatan mereka.
(mo)
Tinggalkan Komentar