Teknologi Ini Klaim Bisa Awetkan dan Bangkitkan Manusia, Cuma Bayar Rp 3 Miliar!

Anita Anggi Anggraeni . March 05, 2025

Teknologi awetkan manusia

Teknologi.id - Sebuah perusahaan rintisan asal Jerman menawarkan ‘kehidupan kedua’ dengan biaya setara mobil sport.

Melalui teknologi pembekuan tubuh atau krionika, mereka mengklaim mampu mengawetkan manusia setelah kematian dengan harapan bisa dihidupkan kembali di masa depan.

Hal ini diketahui melalui sebuah ambulans kecil dengan garis jingga mencolok tampak terparkir di dekat taman di pusat kota Berlin. Kendaraan ini bukanlah ambulans biasa, melainkan bagian dari operasi Tomorrow.Bio, sebuah laboratorium krionika pertama di Eropa.

Mereka telah memodifikasi tiga ambulans khusus untuk menangani pasien yang ingin menjalani prosedur ini.

Misi mereka terbilang cukup ambisius yakni dengan membekukan tubuh pasien segera setelah kematian dan menjaga kondisinya hingga teknologi di masa depan memungkinkan kebangkitannya kembali.

Untuk melakukannya, prosedur ini tentu tidaklah murah. Dengan biaya sekitar Rp 3,3 miliar (200.000 dolar AS), harapan hidup abadi kini menjadi sesuatu yang bisa dibeli.

Baca juga: Bukan Fiksi Lagi: Kini Bisa Komunikasi dan Ngobrol Lewat Mimpi dengan Teknologi Ini!

Bisakah manusia hidup kembali?

Foto: tomorrow.bio

Emil Kendziorra, mantan peneliti kanker, mendirikan Tomorrow.Bio karena merasa perkembangan teknologi medis terlalu lambat. Ia kini berfokus pada krionika, teknologi pembekuan tubuh manusia setelah kematian, dengan harapan dapat dihidupkan kembali di masa depan.

Laboratorium krionika pertama kali muncul di Michigan hampir 50 tahun lalu dan masih menuai pro-kontra. Sebagian orang melihatnya sebagai masa depan manusia, sementara yang lain menganggapnya mustahil.

Namun, Kendziorra menyatakan minat terhadap teknologi ini terus meningkat. Sejauh ini, Tomorrow.Bio telah membekukan tiga hingga empat pasien dan lima hewan peliharaan, serta memiliki pendaftar sebanyak hampir 700 orang.

Teknologi bangkitkan manusia

Foto: tomorrow.bio


Pada 2025, mereka berencana memperluas operasinya ke seluruh AS. Akan tetapi, hingga kini, belum ada satu pun manusia yang berhasil dihidupkan kembali setelah pembekuan.

Risiko kerusakan otak tetap tinggi, dan belum ada bukti ilmiah bahwa otak manusia dapat dipulihkan setelah proses ini.

Clive Coen, profesor ilmu saraf di King’s College London, mengkritik klaim bahwa nanoteknologi atau konektomika dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan kenyataan saat ini.

Meski begitu, Tomorrow.Bio tetap optimis dengan teknologi yang diciptakannya.

Setelah pasien yang telah mendaftar dinyatakan kritis, perusahaan akan mengirimkan ambulans khusus. Begitu pasien dinyatakan meninggal secara hukum, proses pembekuan akan dimulai.

Inspirasi mereka berasal dari kasus nyata, seperti Anna Bagenholm, seorang wanita yang mengalami henti jantung selama dua jam di suhu beku pada 1999, namun masih berhasil diselamatkan.

Antara sains dan harapan

Foto: tomorrow.bio

Tomorrow.Bio menjalankan prosedur kriopreservasi dengan mendinginkan tubuh manusia hingga suhu di bawah nol derajat Celsius, kemudian menggantikan cairan tubuh dengan agen krioprotektif seperti dimetil sulfoksida (DMSO) dan etilen glikol.

Langkah ini mencegah pembentukan kristal es yang dapat merusak jaringan. Setelah itu, suhu akan diturunkan cepat hingga -125°C, lalu perlahan hingga -196°C sebelum tubuh dipindahkan ke unit penyimpanan di Swiss, tempat di mana mereka 'menunggu'.

"Suatu saat di masa depan, teknologi medis akan cukup maju sehingga kanker atau apa pun yang menyebabkan kematian pasien dapat disembuhkan, dan prosedur kriopreservasi itu sendiri dapat dibalik," ujar Kendziorra, seperti yang dikutip dari laman BBC.

Terlebih lagi, kriopreservasi masih menuai skeptisisme, terutama karena belum ada manusia yang berhasil dihidupkan kembali.

Studi pada hewan juga belum memberikan bukti kuat, meski ada keberhasilan dalam mempertahankan otak tikus dan mengembalikan fungsi ginjal tikus setelah disimpan dalam kondisi kriogenik selama 100 hari.

Kendziorra membandingkan krionika dengan transplantasi organ yang dulu dianggap mustahil. Ia percaya, meskipun banyak yang meragukan, riset lebih lanjut dapat membuka kemungkinan baru di masa depan.

Namun, ia juga mengakui bahwa tidak semua eksperimen akan berhasil, terutama karena kebanyakan penelitian masih terbatas pada hewan kecil seperti cacing dan tikus.

Hidup kedua melalui krionika

Foto: tomorrow.bio

Krionika adalah bagian dari tren memperpanjang usia dengan harapan hidup lebih lama dan sehat. Meskipun banyak sekali diskusi, suplemen, dan buku membahas topik ini, metode yang terbukti efektif masih terbatas pada pola hidup sehat dan olahraga.

Coen memandang skeptis terhadap krionika, ia menyebutnya sebagai kesalahpahaman tentang biologi, fisika, dan kematian. Ia juga menyoroti bahwa begitu jantung berhenti, sel akan mulai membusuk, dan proses ini akan berlanjut saat tubuh dihangatkan kembali.

Ia lebih menyarankan untuk lebih berfokus kepada kriogenika, yakni pengawetan jaringan dan organ untuk penggunaan medis.

Sementara itu, seorang dokter di sebuah rumah sakit New York berusaha memperpanjang hidup pasiennya dengan meningkatkan tingkat resusitasi pasien. Metode ini berhasil meningkatkan tingkat penyelamatan hingga 33%, jauh di atas rata-rata nasional.

Saat ini, krionika tengah menghadapi dilema etis, seperti siapa yang bertanggung jawab atas tubuh pasien setelah berabad-abad dan apakah teknologi masa depan benar-benar bisa membangkitkan mereka.

Biaya tinggi juga menjadi kendala, dengan prosedur mencapai $200.000. Beberapa pendaftar pun membayarnya melalui asuransi jiwa, seperti Louise Harrison (51), yang membayar Rp1,5 juta per bulan.

"Saya terpesona akan kemungkinan dibangkitkan kembali di masa depan, bagai perjalanan dengan mesin waktu," kata Louise.

Meski banyak keraguan, pendukung krionika berpegang pada prinsip bahwa memiliki peluang sekecil apa pun adalah hal yang baik daripada tidak ada peluang sama sekali.

Harapan Tomorrow.Bio

Foto: tomorrow.bio

Tomorrow.Bio berharap ekspansi ke AS akan menarik minat mereka yang tertarik dengan masa depan. Cryonics Institute, perusahaan AS yang berdiri sejak 1976, mencatat 2.000 pendaftar dengan 263 orang telah diawetkan.

Mereka melihat tren ini semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi yang meningkatkan kesadaran akan kematian.

Tomorrow.Bio pun menetapkan target ambisius. Dalam setahun, mereka ingin mampu melestarikan struktur saraf yang menyimpan memori dan identitas, serta pada 2028, berusaha membalikkan pembekuan tubuh, yang merupakan tantangan terbesar dalam krionika.

“Saya tak bisa menjamin kesuksesannya, tapi peluangnya lebih besar dibandingkan kremasi,” ujar Kendziorra.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(AAA)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar