Tampilkan ChatGPT di Momen Wisuda, Mahasiswa Ini Jadi Sorotan

Farrah Nur Fadhilah . June 24, 2025
ChatGPT wisuda UCLA
Foto: The Daily Dot

Teknologi.id - Momen wisuda biasanya identik dengan kebahagiaan, senyum haru, hingga gaya unik para wisudawan dalam merayakan hari kelulusan. Namun di tengah kemeriahan upacara kelulusan angkatan 2025 di University of California, Los Angeles (UCLA), perhatian publik justru tertuju pada satu mahasiswa yang tampil berbeda. Bukan karena gaya berpakaiannya, tapi karena ia membawa laptop dan membuka ChatGPT di momen wisuda dan aksinya langsung viral di media sosial.

Dalam sebuah video berdurasi singkat yang diunggah oleh akun @FearedBuck di platform X (dulu dikenal sebagai Twitter), mahasiswa UCLA tersebut terlihat berjalan di panggung wisuda dengan ekspresi penuh semangat. Ia lalu mengangkat laptopnya tinggi-tinggi ke atas kepala sambil menampilkan layar yang terbuka menampilkan antarmuka ChatGPT, chatbot kecerdasan buatan (AI) milik OpenAI. Dengan percaya diri, ia sambil berseru, “Let’s go!” seolah memberi hormat kepada ‘asisten digitalnya’ yang dianggap telah menemaninya menempuh perjuangan akademik.

Video itu pun langsung menyebar luas di internet dan memunculkan berbagai reaksi dari publik. Tak sedikit yang tertawa dan merasa relate, namun ada juga yang menyayangkan aksi tersebut karena dinilai kurang etis, terutama di lingkungan akademik yang menjunjung tinggi kejujuran intelektual.

ChatGPT di Momen Wisuda: Simbol Era Baru Pendidikan?

Tindakan mahasiswa tersebut memicu diskusi yang lebih luas. Apakah penggunaan ChatGPT dalam menyelesaikan tugas akhir sah-sah saja? Atau justru menunjukkan bentuk kemalasan dan ketergantungan pada teknologi?

Sebagian warganet menyebut bahwa penggunaan AI seperti ChatGPT sudah menjadi bagian dari kehidupan belajar di era digital saat ini. Banyak yang menganggapnya setara dengan menggunakan kalkulator untuk matematika atau Google Search untuk mencari informasi.

“Selama tetap tahu cara berpikir dan tidak sekadar copy-paste, sah-sah saja. Yang penting tahu batas penggunaannya,” tulis seorang netizen dalam kolom komentar.

Namun, tidak sedikit pula yang merasa bahwa tindakan tersebut berlebihan dan memberikan contoh buruk bagi mahasiswa lain. Terlebih, aksi itu dilakukan di salah satu kampus ternama di Amerika Serikat, yang dikenal dengan reputasi akademik tinggi.

“Saya khawatir generasi selanjutnya bakal lulus bukan karena belajar, tapi karena pintar memanfaatkan ChatGPT,” tulis netizen lainnya.

Baca Juga: Studi MIT Sebut Bahwa ChatGPT Bikin Bodoh? Ini Faktanya!

Penelitian Ungkap Risiko Ketergantungan AI

Kekhawatiran netizen soal penggunaan ChatGPT di dunia pendidikan sebenarnya punya dasar kuat. Dalam laporan gabungan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Media Lab, Wellesley College, dan MassArt, ditemukan bahwa penggunaan ChatGPT untuk menyusun esai bisa berdampak negatif pada aktivitas otak.

Dalam studi tersebut, mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok: satu kelompok menggunakan ChatGPT, satu menggunakan Google Search, dan satu lagi mengandalkan kemampuan sendiri. Hasilnya? Kelompok yang menggunakan ChatGPT menunjukkan koneksi otak paling rendah dan menyerap informasi paling sedikit.

Peneliti menyebut kondisi ini sebagai “detasemen intelektual”, yakni keadaan ketika seseorang tidak lagi terlibat secara mental dan emosional dalam proses belajar. Seseorang bisa saja mendapatkan jawaban instan dari AI, namun proses berpikir, menganalisis, dan menyerap pengetahuan jadi terlewatkan.

“ChatGPT memang bisa mempercepat proses belajar, tapi kalau digunakan terus-menerus tanpa kontrol, bisa membuat seseorang kehilangan kemampuannya untuk berpikir kritis,” ujar seorang peneliti dalam laporan tersebut.

Kontroversi Tambah Panas karena Nama Besar UCLA

Aksi mahasiswa yang membawa ChatGPT ke momen wisuda juga menuai sorotan tajam karena dilakukan di kampus sekelas UCLA. Universitas ini merupakan salah satu perguruan tinggi negeri paling bergengsi di Amerika, yang telah melahirkan banyak tokoh penting dunia, termasuk mantan CEO YouTube, Susan Wojcicki.

Di kampus ini, integritas akademik adalah hal yang sangat dijunjung tinggi. Maka dari itu, aksi menampilkan ChatGPT di panggung wisuda seolah menjadi ironi tersendiri, dan memunculkan kekhawatiran: apakah standar pendidikan mulai bergeser seiring kehadiran teknologi seperti AI?

Apakah ChatGPT Membantu atau Menggantikan?

Tak bisa dimungkiri, kehadiran AI seperti ChatGPT membawa manfaat besar dalam proses belajar. ChatGPT bisa membantu menjelaskan konsep rumit, memberikan referensi, menyarankan ide tulisan, hingga membantu menyusun struktur esai.

Namun, masalah muncul ketika AI tidak lagi digunakan sebagai alat bantu, melainkan dijadikan alat utama untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Jika mahasiswa terlalu mengandalkan AI, maka bukan tidak mungkin akan terjadi penurunan kualitas berpikir dan kreativitas individu.

“Kalau kita cuma copy dari ChatGPT tanpa mengolahnya, sama aja kayak nulis nama di tugas orang lain,” ujar salah satu dosen di kampus teknologi di Jakarta saat dimintai komentar.

Reaksi Mahasiswa Lain dan Dosen

Beberapa mahasiswa yang menyaksikan langsung kejadian tersebut menyebut bahwa tindakan itu hanya bentuk ‘ekspresi diri’ dan bukan sesuatu yang harus dibesar-besarkan.

“Dia cuma mau bilang, ‘Gue berhasil lulus, dan ChatGPT itu bantu gue banget.’ Itu bukan berarti dia curang atau gak belajar,” ujar salah satu mahasiswa UCLA kepada media lokal.

Namun di sisi lain, ada pula dosen yang merasa perlu adanya regulasi dan pedoman yang lebih ketat soal penggunaan AI dalam kegiatan akademik. Beberapa kampus bahkan sudah mulai menetapkan aturan bahwa semua tugas yang dibantu oleh AI harus dilaporkan secara transparan.

Menariknya, kejadian ini bukan pertama kalinya ChatGPT menjadi bagian dari momen penting di dunia pendidikan. Di beberapa kampus lain, mahasiswa juga sempat menunjukkan keberadaan AI dalam proses kelulusan mereka, meskipun tidak semua berani terang-terangan seperti mahasiswa UCLA ini.

Baca Juga: ChatGPT Kalah Catur dari Mesin Atari 2600

Hal ini menunjukkan bahwa ChatGPT di momen wisuda bukan sekadar tren sesaat, tapi bisa menjadi simbol dari pergeseran besar dalam cara belajar generasi muda. Namun, pergeseran ini tentu harus dibarengi dengan pemahaman etis dan kemampuan berpikir kritis agar tidak menimbulkan dampak negatif jangka panjang.

Kejadian seorang mahasiswa UCLA yang memamerkan ChatGPT di momen wisuda menjadi momen viral yang membuka perbincangan luas tentang penggunaan AI dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, ini bisa dianggap sebagai simbol era baru, di mana teknologi menjadi bagian dari keseharian akademik. Namun di sisi lain, hal ini juga menyuarakan kekhawatiran soal kualitas pembelajaran dan pentingnya menjaga integritas intelektual.

Mau tidak mau, dunia pendidikan kini harus mulai menyesuaikan diri. ChatGPT dan teknologi AI lainnya akan terus berkembang. Tugas pendidik dan pelajar bukan untuk menolak, tapi untuk menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(fnf)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar