Studi: Terlalu Sering Pakai AI Bisa Bikin Kita Merasa Lebih Pintar dari Kenyataannya

Teknologi.id . November 20, 2025
pengaruh AI terhadap kemampuan manusia
Foto: CNET


Teknologi.id - Sebuah riset terbaru mengungkap fenomena menarik: penggunaan AI secara berlebihan dapat membuat kita merasa lebih pintar dari kemampuan sebenarnya. Studi ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Aalto, Finlandia, bersama peneliti dari Jerman dan Kanada.

Penelitian tersebut memeriksa bagaimana kecerdasan buatan—khususnya model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT—mempengaruhi cara manusia menilai kemampuan diri sendiri. Hasilnya diterbitkan dalam jurnal Computers in Human Behavior edisi Februari 2026.

AI Menghilangkan Efek Dunning-Kruger

Efek Dunning-Kruger adalah bias kognitif ketika seseorang dengan kemampuan rendah justru merasa dirinya sangat ahli, sementara orang yang sebenarnya kompeten cenderung meremehkan kemampuan sendiri.

Menariknya, studi ini menemukan bahwa ketika manusia menggunakan AI untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, efek tersebut hampir hilang—bahkan cenderung berbalik. Artinya, baik yang ahli maupun tidak, semua orang jadi terlalu percaya diri terhadap jawabannya.

Baca juga: Konten Negatif Tak Diturunkan, WhatsApp, Telegram, Discord Bisa Diblokir

500 Peserta Diteliti, ChatGPT Mengubah Cara Mereka Menilai Diri Sendiri

Dalam eksperimen ini, 500 peserta diberi soal penalaran logis setara ujian masuk sekolah hukum. Separuh peserta diperbolehkan menggunakan ChatGPT.

Hasilnya:

  • Pengguna AI lebih yakin dengan jawabannya, meski belum tentu benar.

  • Mereka cenderung tidak memeriksa ulang respons AI.

  • Terjadi proses cognitive offloading: otak menyerahkan proses berpikir pada AI.

  • Pemantauan metakognitif menurun: kemampuan menilai kinerja diri sendiri ikut melemah.

Menurut peneliti Robin Welsch, peserta yang memakai AI cenderung menerima jawaban pertama tanpa refleksi. Hal ini membuat penilaian diri jadi tidak akurat.

Dampaknya: Kinerja Naik, Pemahaman Turun

Para peneliti memperingatkan risiko yang muncul jika fenomena ini dibiarkan:

1. Akurasi penilaian diri menurun

Orang semakin sulit mengetahui apakah jawaban mereka benar atau salah—karena terlalu percaya pada AI.

2. Kesalahan dalam pengambilan keputusan

Pengguna yang cerdas maupun yang kurang paham bisa merasa sama-sama “pintar”, sehingga batas kemampuan menjadi kabur.

3. Degradasi keterampilan berpikir

Tanpa refleksi dan verifikasi, kemampuan analisis manusia bisa melemah dalam jangka panjang.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Studi ini menyarankan beberapa langkah agar penggunaan AI tetap sehat:

  • Biasakan mengajukan pertanyaan lanjutan, jangan menerima jawaban pertama.

  • Sistem AI sebaiknya dilengkapi fitur seperti:

    • skor kepercayaan jawaban,

    • pengingat untuk memverifikasi fakta,

    • pertanyaan pemicu refleksi seperti
      “Apa yang mungkin terlewat?” atau
      “Seberapa yakin Anda dengan jawaban ini?”

Royal Society juga menegaskan bahwa pelatihan AI di masa depan harus mencakup pemikiran kritis, bukan hanya kemampuan teknis.

Baca juga: Harga HP Xiaomi Diprediksi Naik Tahun Depan, Ini Penyebabnya

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa AI memang dapat meningkatkan produktivitas manusia, tetapi ada risiko yang harus diperhatikan: AI bisa membuat kita merasa lebih pintar daripada kenyataannya. Tanpa kebiasaan berpikir kritis, kita bisa kehilangan kemampuan menilai kinerja diri sendiri dan berpotensi membuat keputusan keliru.

Penggunaan AI tetap bermanfaat—selama kita tidak menyerahkan seluruh proses berpikir pada mesin.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar