Teknologi.id - Munculnya
musim baru di berbagai penjuru dunia menunjukan bahwa kondisi bumi kian
mengkhawatirkan. Krisis iklim dan kerusakan lingkungan menjadi penyebab
lahirnya fenomena baru akibat ulah manusia.
Seperti yang kita tahu, lazimnya negara-negara di Eropa dan Asia Timur memiliki 4 musim yaitu musim salju, musim panas, musim semi dan musim gugur. Sedangkan untuk negara bagian Asia Tenggara memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Dari musim baru yang bermunculan tersebut, kita dapat merasakan bahwa
memang terjadi perubahan iklim. Yang menyebabkan terjadinya beberapa fenomena seperti
hujan yang datang pada periode musim kemarau, badai ekstrem, kabut tebal di
beberapa negara, fenomena “bediding”di Indonesia, dan beberapa fenomena iklim lainnya.
Hal ini seharusnya bisa menjadi sinyal waspada yang dikirim langsung
oleh bumi.
Ketika Dunia Punya Musim
tambahan
Pergantian dari musim ke musim yang dulu dapat dihitung dan
diperkirakan secara teratur, kini mulai kehilangan ritme periodenya. Tidak hanya
hilang ritmenya, ternyata sejumlah musim-musim baru mulai bermunculan di
beberapa negara.
Munculnya musim baru dinamakan sebagai istilah musim antropogenik atau
musim yang muncul akibat ulah aktivitas manusia. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa musim baru yang bermunculan tersebut bukan berasal secara alamiah
tetapi memang secara sengaja “dibuat” oleh manusia.
Para peneliti, setidak nya mengatakan bahwa ada tipe musim baru.
- Pertama Syncopated Season atau musim sinkop yang berarti musim panas ekstrem dan tidak bisa di prediksi.
- Kedua Arrhythmic Season atau musim artimik yang menggambarkan perubahan siklus musim tidak beraturan.
Musim baru ini menjelaskan bahwa bisa saja hawa panas ketika musim panas
menjadi lebih ekstrem dengan jangka waktu yang lama. Tidak memungkinkan juga
akan terjadi badai salju serta hujan lebat secara tiba-tiba.
Jika terlalu lama dibiarkan, maka perubahan pola musim ini dapat mempengaruhi dan menggangu siklus hidup hewan dan tumbuhan yang bergantung pada musim.
Baca Juga: Australia Larang Anak di Bawah 16 Tahun Akses YouTube, Ini Alasannya!
Musim Kabut dan Musim Sampah di
Indonesia
Tidak hanya di luar negeri, ternyata Indonesia juga mengalami musim
baru. bukan sekadar musim kemarau dan musim hujan saja. Tetapi musim baru yang nyata nya sudah menjadi musim “rutinan” setiap
tahunnya.
- Musim Kabut Asap.
2. Musim Sampah
Setiap tahun pada sekitar bulan Oktober
hingga Maret terjadi fenomena tumpukan sampah di pesisir Pantai Selatan Bali. Ribuan
sampah memenuhi pantai. Diduga sampah-sampah tersebut akibat dari arus laut. Beberapa
pantai seperti Pantai Kuta, Pantai kedonganan, Pantai Jimbaran, Seminyak hingga
Canggu menjadi lokasi yang paling parah.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, jumlah kiriman sampah di tahun 2024-2025 diperkirakan akan lebih banyak dibandingakan tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga: CEO Nvidia Angkat Bicara: Tanpa Ilmuan AI China, Dunia Teknologi Bisa Tertinggal
Mengapa ini Harus di Waspadai
Fenomena munculnya musim baru hingga perubahan iklim yang tidak dapat
diprediksi mengundang kekhawatiran karena berdampak langsung bagi kesehatan manusia,
ketahanan pangan, ekonomi dan kehidupan sosial.
Seperti saat musim kemarau yang panjang dengan kondisi panas yang ekstrem
dapat memicu peningkatan penyakit dehidrasi hingga penyakit kulit. Munculnya kabut
asap tebal ditambah polusi udara yang meningkat dapat menyebabkan gangguan
pernapasan.
Selain itu, dampak negatif juga bisa dirasakan oleh hewan dan tumbuhan
yang bergantung pada siklus musim untuk masa panen, berkembang biak, bermigrasi
dan mencari makan. Ketika pola musim terganggu, maka mereka juga akan terganggu
dan menyebabkan penurunan populasi dan keanekaragaman hewani dan hayati secara
besar-besaran.
Penutup
Musim-musim baru yang bermunculan bukan sekadar gejala iklim ekstrem,
melainkan sinyal waspada bahwa bumi sedang mengalami gangguan serius. Jika dibiarkan tanpa adanya perubahan dan
perbaikan, maka sedikit demi sedikit bumi akan hancur.
Maka dari itu, mulailah hal kecil untuk gerakan peduli lingkungan,
seperti kurangi sampah plastik dan hemat listrik.
Baca artikel dan berita lainnya di Google News – Teknologi.id
(SS)
Tinggalkan Komentar