Nezar Patria: Konektivitas adalah Hak Dasar, AI Hadir sebagai Kekuatan Transformatif

Yunita Endah Sulistiyowati . October 04, 2025

Sumber : antaranews

Dalam era digital yang semakin maju, akses konektivitas kini dipandang sebagai kebutuhan mendasar. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menegaskan bahwa konektivitas bukan lagi sekadar layanan tambahan atau kemewahan, melainkan hak dasar yang harus dipenuhi oleh negara. Ia menilai pemerataan konektivitas menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan keadilan sosial di Indonesia, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pelosok.

AI Sebagai Kekuatan Transformatif di Telekomunikasi

Menurut Nezar, ketimpangan akses internet akan memperlebar jurang sosial dan ekonomi. Karena itu, pemerintah menempatkan penyediaan konektivitas sebagai prioritas utama, sejalan dengan upaya mempercepat transformasi digital nasional. Di titik inilah kecerdasan buatan (AI) hadir sebagai kekuatan transformatif yang diyakini dapat mengubah wajah industri telekomunikasi tanah air. Nezar menyebut bahwa AI bukan sekadar alat bantu, melainkan fondasi masa depan yang akan menentukan arah perkembangan industri telekomunikasi Indonesia. Perkembangan teknologi AI generatif dan agentik membuka peluang besar bagi operator telekomunikasi untuk meningkatkan efisiensi operasional, memperluas jangkauan layanan, hingga memperbaiki kualitas pengalaman pelanggan.

Bahkan, perusahaan telekomunikasi berskala kecil pun memiliki kesempatan yang sama untuk memanfaatkan teknologi ini. Dengan bantuan AI, mereka bisa menekan biaya operasional, mengoptimalkan penggunaan jaringan, serta menghadirkan layanan yang lebih personal kepada pelanggan. Hal ini diyakini akan memperkuat daya saing industri telekomunikasi nasional dalam menghadapi persaingan global.

Baca juga: 5 Prompt Gemini AI untuk Foto Gabungan Masa Kecil dan Sekarang + Cara Membuatnya

Memastikan Akses Setara dan Berkualitas

Lebih jauh, Nezar menekankan peran AI dalam memastikan akses konektivitas yang setara dan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dari perkotaan hingga wilayah terpencil, penerapan AI dalam pengelolaan infrastruktur telekomunikasi dapat membantu operator memahami pola kebutuhan pengguna secara lebih akurat.

Dengan begitu, strategi pembangunan jaringan bisa disesuaikan agar layanan tidak hanya terfokus di pusat kota, tetapi juga menjangkau daerah-daerah yang selama ini tertinggal. Menurut Nezar, pemerataan akses ini bukan hanya soal layanan teknologi, tetapi juga tentang keadilan sosial, memberikan kesempatan setara bagi semua warga negara untuk berkembang di era digital.

Tantangan Implementasi: Budaya dan Struktur Organisasi

Meski peluangnya besar, Nezar mengingatkan bahwa implementasi AI dalam industri telekomunikasi tidak bisa hanya berhenti pada teknologi. Ia menegaskan bahwa dibutuhkan transformasi budaya dan struktur organisasi agar perusahaan dapat benar-benar beralih menjadi entitas berbasis AI. Artinya, operator telekomunikasi perlu mengubah cara kerja, memperkuat inovasi, serta membangun kelincahan bisnis untuk menghadapi perubahan pasar yang dinamis. Lebih dari itu, investasi pada sumber daya manusia digital menjadi sangat penting. Tanpa tenaga kerja yang memiliki keterampilan sesuai dengan perkembangan AI, transformasi yang diharapkan akan sulit terwujud.

Nezar menekankan perlunya investasi besar pada peningkatan keterampilan tenaga kerja digital. Pelatihan berkelanjutan, pengembangan kompetensi AI, hingga penciptaan ekosistem riset dan inovasi menjadi pilar utama agar industri telekomunikasi Indonesia dapat bergerak menuju model bisnis yang AI-native.

Selain itu, kolaborasi dengan perguruan tinggi, lembaga riset, dan pelaku industri lain sangat dibutuhkan untuk mempercepat penguasaan teknologi ini. Dengan sumber daya manusia yang siap, perusahaan telekomunikasi tidak hanya menjadi konsumen teknologi global, tetapi juga dapat menciptakan solusi inovatif yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

Kolaborasi Lintas Sektor Menuju Ekosistem AI

Nezar menegaskan bahwa membangun industri telekomunikasi berbasis AI bukan pekerjaan satu pihak saja. Diperlukan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pelaku industri, investor, dan lembaga pendidikan. Semua pihak memiliki peran dalam membentuk ekosistem AI yang inklusif dan berkelanjutan.

Ia menaruh harapan besar pada Connexus Summit 2025 sebagai momentum untuk memperkuat komitmen bersama. Menurutnya, industri telekomunikasi yang berorientasi AI-native bukan hanya bertujuan mengejar keuntungan bisnis, tetapi juga memperkuat konektivitas dan pemerataan sosial di seluruh Indonesia.

AI Native, Masa Depan Telekomunikasi Indonesia

Visi yang ditawarkan Nezar Patria adalah menjadikan industri telekomunikasi Indonesia sebagai AI native industry, sebuah industri yang tidak sekadar menggunakan AI sebagai pelengkap, tetapi menjadikannya sebagai inti strategi bisnis dan layanan. Dengan cara ini, AI akan benar-benar menjadi kekuatan transformatif: mendorong efisiensi, meningkatkan inklusi digital, dan memastikan bahwa hak dasar berupa konektivitas dapat dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia.

Pernyataan Nezar Patria menegaskan bahwa masa depan telekomunikasi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari AI. Konektivitas adalah hak dasar yang harus dipenuhi negara, dan AI hadir sebagai motor penggerak utama untuk mewujudkannya. Tantangannya memang tidak kecil, mulai dari transformasi organisasi, investasi SDM, hingga kolaborasi lintas sektor tetapi peluang yang terbuka jauh lebih besar.

Dengan strategi yang tepat, Indonesia bukan hanya bisa mengejar ketertinggalan, tetapi juga menjadi pelopor dalam membangun industri telekomunikasi berbasis AI di kawasan.

(yes)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar