Sumber: nvidia.com
Teknologi.id - Para gamer dan content creator mungkin harus sedikit menarik napas panjang. Pasalnya, harga GPU Nvidia, ya, kartu grafis andalan para penggila performa tinggi kini resmi naik. Bukan karena inovasi terbaru atau peningkatan fitur ekstrem, tapi karena sesuatu yang datang dari luar dunia teknologi: kebijakan tarif impor dari Presiden Amerika Serikat saat ini, Donald Trump.
Baca juga: CEO Nvidia: Kecanggihan AI China Bisa Menyalip AS dalam Waktu Dekat
Tarif Impor Bikin Harga Naik
Pada awal April 2025, Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarif impor resiprokal terhadap China. Kebijakan ini rupanya langsung berdampak ke berbagai sektor teknologi, termasuk GPU. Nvidia, salah satu raksasa pembuat GPU, pun langsung melakukan penyesuaian harga resmi untuk sejumlah produknya.
Kenaikannya bervariasi, tergantung jenis GPU-nya. Untuk GPU gaming, seperti GeForce RTX 50 Series, harga naik sekitar 5-10 persen. Sementara chip AI seperti H200 dan B200 mengalami lonjakan harga lebih besar, bisa sampai 15 persen.
Contoh paling mencolok adalah RTX 5090. Di Taiwan, harga kartu grafis ini melonjak dari 90.000 dollar Taiwan (sekitar Rp 49,1 juta) menjadi 100.000 dollar Taiwan (sekitar Rp 54,5 juta). Sementara itu, di Amerika Serikat, RTX 5060 16GB kini dibanderol sekitar 490 dollar AS (sekitar Rp 8,1 juta), naik dari harga pasaran sebelumnya yang hanya 430 dollar AS (sekitar Rp 7,1 juta).
Chip AI dan Pabrik di AS
Kenaikan harga ini bukan hanya gara-gara tarif. Nvidia juga tengah memindahkan produksi chip Blackwell, yaitu generasi baru chip AI, ke pabrik TSMC di Amerika Serikat. Langkah ini, meski strategis secara geopolitik, ternyata menyumbang pada lonjakan biaya produksi, logistik, dan bahan baku.
Menurut laporan Digitimes dan Tom's Hardware, keputusan untuk memindahkan pabrik ini diambil untuk menghindari pembatasan ekspor chip AI ke China dan menyesuaikan dengan ketentuan pemerintah AS. Tapi tentu saja, semua biaya tambahan itu akhirnya ditanggung oleh konsumen.
Gencatan Senjata Tarif, Tapi...
Masih ada secercah harapan. Amerika Serikat dan China akhirnya sepakat pada "gencatan senjata tarif" selama 90 hari. Dalam periode ini, tarif impor AS untuk produk China diturunkan dari 145 persen menjadi 30 persen. China pun menurunkan tarif impornya untuk produk AS dari 125 persen ke 10 persen.
Namun, meskipun ini kabar baik, banyak analis memprediksi bahwa harga GPU tidak akan langsung kembali normal. Butuh waktu untuk menstabilkan rantai pasok dan menyesuaikan dengan kebijakan yang bisa berubah sewaktu-waktu.
Jensen Huang Bolak-Balik AS-China
Di tengah kisruh tarif dan ketegangan dagang ini, CEO Nvidia Jensen Huang tak tinggal diam. Ia dilaporkan beberapa kali bolak-balik antara Amerika Serikat dan China. Tujuannya? Untuk menenangkan situasi dan mencoba menjaga kestabilan keuntungan perusahaan.
Langkah ini dianggap penting karena Nvidia sedang menghadapi tekanan berat dari berbagai arah, termasuk kerugian sekitar 5,5 miliar dollar AS akibat pembatasan ekspor chip AI ke pasar internasional, terutama China.
Walau begitu, keputusan menaikkan harga GPU tetap diambil. Meski tak dijelaskan secara eksplisit, langkah ini tampaknya merupakan kombinasi dari tekanan biaya produksi, tarif impor, dan keinginan untuk menjaga margin keuntungan tetap sehat.
Permintaan Tetap Tinggi
Yang menarik, meskipun harga GPU naik, permintaan tidak serta-merta turun. Chip AI buatan Nvidia masih menjadi barang panas, terutama untuk kebutuhan data center dan cloud computing. Permintaan dari pasar non-China seperti Eropa, India, hingga Asia Tenggara tetap tinggi.
Permintaan GPU untuk gaming juga tidak turun drastis. Meskipun ada keluhan soal harga, gamer garis keras dan para profesional kreatif tampaknya tetap mengincar performa maksimal yang ditawarkan lini GPU terbaru dari Nvidia.
Baca juga: Apple Siap Rogoh Rp 16 Triliun untuk Server AI Nvidia, Ada Apa?
Akankah Harga Turun Lagi?
Pertanyaannya sekarang, akankah harga GPU Nvidia turun lagi? Jawabannya masih menggantung. Banyak yang bergantung pada hasil negosiasi dagang lanjutan antara AS dan China. Jika perang tarif benar-benar usai dan rantai pasok kembali stabil, ada kemungkinan harga kembali turun.
Namun, dengan kondisi geopolitik yang dinamis dan tidak menentu, konsumen tampaknya harus bersiap dengan skenario harga tinggi untuk beberapa waktu ke depan.
Untuk sementara, jika kamu berencana upgrade GPU, mungkin perlu berpikir dua kali atau menunggu sedikit lebih lama. Kecuali, tentu saja, kamu termasuk dalam kalangan yang selalu ingin jadi early adopter, apa pun risikonya.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)
Tinggalkan Komentar