Menkes Budi Berencana Latih AI untuk Bantu Dokter Deteksi Stroke hingga Kanker

Teknologi.id . October 24, 2025
AI deteksi stroke dan kanker
Foto: Kumparan


Teknologi.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tengah membangun sistem Kecerdasan Buatan (AI) nasional yang akan dilatih menggunakan data kesehatan masyarakat Indonesia. Tujuan besarnya adalah menciptakan alat bantu medis berbasis AI yang mampu membantu dokter mendeteksi penyakit serius seperti TBC, stroke, dan kanker secara lebih cepat, akurat, dan efisien.

Langkah ini merupakan bagian dari transformasi besar di sektor kesehatan, terutama dalam hal digitalisasi dan pemanfaatan teknologi mutakhir. “Digitalisasi, konektivitas, robotik, dan bioteknologi akan sangat berpengaruh pada perkembangan AI di sektor kesehatan,” ujar Menkes Budi dalam acara AI for Indonesia 2025 di Jakarta, Kamis (23/10/2025).

Baca juga: OpenEvidence, ‘ChatGPT untuk Dokter’, Raih Pendanaan $200 Juta

Bangun Fondasi Data Kesehatan Digital

Budi mengungkapkan bahwa tantangan utama pengembangan AI di bidang kesehatan adalah kondisi data yang masih “sangat kuno”. Berbeda dengan industri perbankan yang sudah terintegrasi global, data kesehatan Indonesia masih terfragmentasi dan banyak yang belum terdigitalisasi.

Untuk mengatasinya, Kemenkes mewajibkan lebih dari 38.000 fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas, dan laboratorium, menggunakan format data digital standar. Langkah ini didukung oleh program Cek Kesehatan Gratis, yang telah mengumpulkan data dari lebih dari 44 juta warga Indonesia.

“Hari ini, ada sekitar 620.000 data kesehatan baru yang masuk setiap hari ke cloud Kemenkes. Data ini akan menjadi bahan utama untuk melatih AI,” jelas Budi.

AI Kesehatan Mulai Dilatih untuk Tugas Spesifik

Dengan fondasi data yang kuat, Kemenkes mulai melatih berbagai model AI untuk mendukung pekerjaan medis dengan tingkat kompleksitas tinggi. Beberapa proyek yang sedang berjalan antara lain:

  1. Deteksi TBC dari Hasil Rontgen
    AI dilatih untuk membaca hasil X-ray paru-paru. Jika sebelumnya hanya mampu mengenali 31 jenis kelainan, kini AI tersebut dikembangkan hingga dapat mendeteksi 124 jenis penyakit paru.
    “AI di Indonesia jadi lebih pintar karena data penyakit kita sangat beragam,” kata Menkes Budi.

  2. Analisis CT Scan untuk Stroke
    Di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), AI digunakan untuk menganalisis hasil CT scan otak. Teknologi ini diharapkan dapat membantu deteksi dini dan mempercepat penanganan pasien stroke.

  3. Analisis Jaringan untuk Deteksi Kanker
    Karena terbatasnya jumlah dokter spesialis patologi anatomi di Indonesia, AI kini dilatih untuk membaca sampel jaringan biopsi dan mengenali jenis kanker secara presisi.

“AI nantinya bisa menentukan jenis kanker seperti non-Hodgkin lymphoma B dan merekomendasikan terapi yang sesuai. Kedokteran akan menjadi lebih ilmiah, bukan sekadar pengalaman,” ujarnya.

Baca juga: Meta Hadirkan Fitur Edit Foto dan Video Berbasis AI di Instagram Stories

Kolaborasi dengan Google untuk AI Medis

Untuk mempercepat pengembangan, Kemenkes juga menggandeng raksasa teknologi dunia seperti Google. Kolaborasi ini fokus pada pelatihan model AI medis Med-PaLM menggunakan data kesehatan dari Indonesia.

Budi menegaskan, tujuan utama dari seluruh inisiatif ini adalah membangun ekosistem layanan kesehatan nasional yang berbasis data, ilmiah, dan modern.

“AI akan menjadi asisten cerdas bagi dokter, bukan pengganti. Dengan AI, layanan kesehatan di Indonesia akan lebih cepat, tepat, dan terjangkau,” tutupnya.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar