Perplexity Hadirkan Deep Research Gratis, Alternatif Baru ChatGPT?

Anita Anggi Anggraeni . February 19, 2025

Deep Research Perplexity
Foto: perplexity.ai

Teknologi.id - Tak ingin kalah dari Google dan OpenAI, Perplexity akhirnya merilis versi sendiri dari Deep Research, teknologi berbasis AI yang mampu melakukan riset otomatis dalam hitungan menit.

Tugas yang biasanya memakan waktu berjam-jam kini bisa diselesaikan lebih cepat dengan bantuan AI.

Sebelumnya, Google pada Desember 2024 dan OpenAI pada awal Februari 2025 telah meluncurkan fitur serupa.

Namun, CEO Perplexity, Aravind Srinivas, menekankan bahwa alat riset seperti ini seharusnya bisa diakses oleh semua orang, bukan hanya mereka yang mampu membayar langganan mahal.

Oleh karena itu, Perplexity menawarkan Deep Research secara gratis dengan batasan penggunaan tertentu. Lantas, apa saja yang membuat fitur ini menarik? 

Baca juga: OpenAI Luncurkan Fitur Deep Research untuk ChatGPT, Begini Cara Menggunakannya

1. Melakukan riset mendalam dan menghemat banyak waktu

Foto: perplexity.ai

Deep Research menghadirkan teknologi riset berbasis AI yang mampu melakukan puluhan pencarian sekaligus dan menganalisis ratusan sumber secara bersamaan.

Proses ini berlangsung secara iteratif, di mana AI terus menyempurnakan pemahaman dan menyesuaikan arah risetnya berdasarkan informasi yang ditemukan.

Menurut situs resmi Perplexity, Deep Research dapat menyelesaikan riset dalam 2-4 menit, jauh lebih cepat dibandingkan fitur serupa dari OpenAI yang membutuhkan 5 hingga 30 menit.

Kecepatan ini membuatnya ideal bagi pengguna yang membutuhkan hasil riset cepat dan akurat.

Foto: perplexity.ai

Dirancang untuk tugas tingkat ahli, Deep Research dapat digunakan untuk analisis keuangan, riset pasar, riset produk, hingga pembuatan dokumentasi teknis. Hasilnya dapat diekspor dalam format PDF atau dibagikan sebagai Perplexity Page.

Penggunaannya pun sederhana. Cukup pilih mode "Deep Research" dari menu dropdown, lalu masukkan pertanyaan atau tugas riset. AI akan secara otomatis melakukan pencarian dan menyusun laporan komprehensif yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

2. Lebih terjangkau dibandingkan layanan AI lain

Deep Research menunjukkan performa unggul dalam berbagai pengujian.

Pada Humanity's Last Exam, yang mencakup lebih dari 3.000 pertanyaan dari 100 bidang ilmu, fitur ini meraih skor 21,1 persen, jauh melampaui Gemini Thinking (6,2 persen), Grok-2 (3,8 persen), dan GPT-4o (3,3 persen).

Foto: perplexity.ai

Selain itu, Deep Research juga mencatatkan akurasi 93,9 persen pada benchmark SimpleQA, yang menguji kemampuan AI dalam memberikan jawaban faktual.

Dari segi harga, Perplexity menawarkan opsi yang lebih terjangkau dibandingkan OpenAI. Pengguna gratis mendapatkan lima kueri per hari, sementara pengguna Pro bisa mengakses hingga 500 kueri per hari dengan biaya $20 per bulan (sekitar Rp 300 ribuan).

Sebagai perbandingan, Deep Research dari OpenAI hanya tersedia untuk pengguna ChatGPT Pro, dengan biaya $200 per bulan (sekitar Rp 3,2 juta) dan batasan 100 kueri per bulan. Hal ini menjadikan Perplexity sebagai pilihan yang lebih ekonomis.

3. Kelemahan 

Saat ini, Deep Research hanya tersedia di platform web, namun Perplexity berencana merilisnya di iOS, Android, dan Mac dalam waktu dekat.

Meski inovatif, teknologi ini masih memiliki keterbatasan. The Economist menyoroti bahwa Deep Research cenderung bergantung pada sumber yang mudah ditemukan di internet dan kurang kreatif dalam menginterpretasi data, sehingga peran manusia tetap dibutuhkan.

Perplexity sendiri semakin diperhitungkan di industri AI. Didirikan pada 2022 oleh Aravind Srinivas, mantan peneliti OpenAI, perusahaan ini berkembang pesat.

Menurut Tom’s Guide, Perplexity baru saja memperoleh pendanaan $500 juta (Rp8,1 triliun) pada Desember 2024, meningkatkan valuasinya hingga $9 miliar (Rp145 triliun).

Dengan merilis Deep Research, Perplexity menegaskan ambisinya untuk membuat AI lebih mudah diakses oleh semua orang.

Persaingan ini juga memaksa kompetitor untuk terus meningkatkan kualitas dan menekan harga. Ke depannya, diharapkan teknologi seperti Deep Research semakin canggih dan terjangkau, sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih luas.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(AAA)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar