Rugi Besar dan PHK Massal, Baidu Justru Tanam Modal di Chip AI Kunlunxin

Yasmin Najla Alfarisi . November 28, 2025

Foto: KR Asia

Teknologi.id — Baidu yang merupakan perusahaan teknologi besar di Cina, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran mulai pekan ini. Kabarnya, hal tersebut akan berdampak pada beberapa unit bisnis. Aksi ini dipicu oleh kerugian bersih sebesar 11,23 miliar yuan ($1,59 miliar) yang dicatat pada kuartal-III 2025. Hal ini dilakukan karena perusahaan kesulitan akibat menguatnya kompetisi di bidang Artificial Intelligence (AI) dan penurunan signifikan pada pendapatan iklan daring.

Pemangkasan yang akan terus berlanjut sampai akhir tahun ini, terjadi dalam skala besar, dengan sumber yang mengatakan bahwa angka PHK bervariasi di tiap unit, bahkan mencapai 40% untuk beberapa tim. Perampingan ini mengikuti tren penurunan nyata. Tenaga kerja Baidu telah mengalami penurunan sejak tahun 2022, di angka 41.300. Sementara tahun lalu, menurut laporan tahunannya, terdapat 35.900 tenaga kerja yang terdaftar. Pendapatan iklan yang menjadi inti dari operasi perusahaan anjlok sebesar 18% pada kuartal-III, yang menandai harus adanya restrukturisasi untuk sebuah perubahan.

Baca juga: Gokil! China Kembangkan Chip AI 1.000x Lebih Cepat dari Nvidia dan AMD

AI Sebagai Prioritas

Baidu justru mengalihkan dan memprioritaskan sumber daya ke peran yang berhubungan dengan AI dan cloud. Baidu, yang awalnya hanya sebuah search engine, kini telah merambah menjadi pemain utama Cina dalam AI. Akhir-akhir ini, perusahaannya merentangkan sayap ke bisnis lain, dari mobil tanpa pengemudi hingga desain chip AI-nya, Kunlunxin.  Hal ini menunjukkan bahwa PHK merupakan langkah yang diperlukan untuk mengurangi operasi yang mahal dan berkinerja buruk serta memfokuskan modal sepenuhnya pada teknologi yang berorientasi masa depan.

Kekurangan Chip AI Domestik

Baidu yang mengutamakan chipnya datang pada waktu yang sangat krusial, karena pada saat yang sama, perusahaan teknologi Cina mengalami kekurangan pasokan yang sangat parah. Masalah ini, yang diketahui sebagai bottleneckberarti ada baiknya rantai pasokan melambat. CEO Alibaba Eddie Wu mengonfirmasi dan mengatakan bahwa pasokan komponennya akan menghadapi situasi bottleneck yang cukup besar, sampai dua-tiga tahun mendatang.

Presiden Martin Lau dari Tencent juga menjelaskan, masalahnya bukan dari kurangnya permintaan, namun kurang tersedianya chip untuk dibeli. Kekurangan ini disebabkan oleh isu pemasokan global dan diblokirnya chip Nvidia. Karena itu, platform-platform Cina tidak dapat lagi bergantung pada pasokan dari Amerika, membukakan kesempatan untuk Kunlunxin.

Kunlunxin Isi Kekosongan Nvidia

Foto: Nvidia Newsroom

Fokus perusahaan pada unit desain chipnya merupakan respons langsung terhadap peluang pasar yang besar yang diciptakan oleh geopolitik. Beriringan dengan Huawei, Kunlunxin milik Baidu kini bergegas untuk mengisi "kekosongan" yang ditinggalkan oleh Nvidia. Akibat pembatasan ekspor Amerika Serikat, Cina terdampak besar dari pemutusan Unit Pemrosesan Grafis (GPU) canggih, yang penting untuk melatih model AI. Situasi ini telah menciptakan permintaan domestik yang tinggi akan alternatif yang mumpuni.

Baidu memposisikan dirinya sebagai penyedia AI "full-stack", menggunakan chip Kunlunxin untuk mendukung pusat data dan model AI-nya sendiri, sekaligus menjual chip dan kapasitas komputasi kepada pihak ketiga. Para analis optimis terhadap masa depan bisnis semikonduktor ini. Terlepas dari tekanan keseluruhan pada harga saham Baidu akibat PHK dan kerugian, para analis baru-baru ini mencatat kenaikan saham Baidu, mengantisipasi pertumbuhan besar dalam pesanan domestik untuk chip AI-nya yang berkinerja tinggi. Penjualan diproyeksikan meningkat enam kali lipat hingga mencapai 8 miliar yuan ($1,1 miliar) pada tahun 2026, dengan beberapa pihak lain memperkirakan unit Kunlunxin saja dapat bernilai sekitar $28 miliar.

Baca juga: Bos Nvidia ‘Manusia Rp 2.600 Triliun’ Semprot Karyawan yang Enggan Pakai AI

Kendala Internal: Tantangan Perangkat Lunak

Keberhasilan investasi cip besar-besaran Baidu tidak dijamin; perusahaan menghadapi persaingan ketat bahkan dalam strategi perangkat lunaknya sendiri, sehingga taruhan pada perangkat keras ini sangat penting.

Meskipun Baidu telah berinvestasi besar-besaran pada chip, mereka masih belum menemukan cara untuk menghasilkan uang secara konsisten dari upayanya dalam periklanan daring, yang mana membuat mereka disaingi media sosial seperti RedNote dan ByteDance. Lebih buruk lagi, chatbot AI utama Baidu, Ernie Bot, saat ini kalah dalam kontes popularitas. Meskipun merupakan pemain awal dalam persaingan chatbot Cina, jumlah penggunanya jauh tertinggal dari para pesaing seperti Alibaba dan DeepSeek.

Hal ini menjadikan proyek Kunlunxin satu-satunya jalan kesuksesan Baidu. Untuk mengamankan masa depan perusahaan, keberhasilan hardware ini harus dapat menggantikan kerugian finansial perusahaan, dan kesulitannya di pasar software yang kompetitif. 

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(yna/sa)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar