Teknologi.id - Kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump kembali mengguncang pasar global. Mulai 5 April 2025, AS resmi memberlakukan tarif impor sebesar 10 persen untuk semua produk yang masuk dari luar negeri. Tak hanya itu, mulai 9 April, diterapkan pula tarif tambahan resiprokal untuk 60 negara dengan besaran yang bervariasi, termasuk untuk China, mitra dagang utama AS dalam sektor elektronik.
Kebijakan ini diprediksi memicu gelombang inflasi harga, terutama pada barang-barang elektronik seperti ponsel pintar, laptop, dan konsol video gim. Para pakar memperkirakan lonjakan harga yang signifikan, bahkan bisa mencapai hampir dua kali lipat dari harga sebelumnya. Lalu, bagaimana dampaknya bagi konsumen dan pelaku industri?
Dampak Langsung pada Harga Barang Elektronik
Menurut Jason Miller, profesor rantai pasok dari Michigan State University, tarif impor akan langsung membebani perusahaan importir. Dalam praktik bisnis, beban biaya ini umumnya akan dialihkan kepada konsumen. Contohnya, jika sebuah laptop diimpor dengan harga US$400, maka toko akan menambahkan margin kotor rata-rata sebesar 30 persen, sehingga harga jual ke konsumen menjadi sekitar US$571.
Namun, dengan diterapkannya tarif tambahan yang sangat tinggi, terutama terhadap produk dari China, harga pokok laptop tersebut bisa melonjak hingga US$795. Bila toko retail tetap mempertahankan margin keuntungan, maka harga laptop di rak penjualan bisa naik menjadi US$966. Artinya, ada kenaikan harga sebesar 69 persen hanya karena beban tarif tersebut.
Ini bukan hanya soal margin keuntungan toko yang menipis—dari 30 persen menjadi 18 persen—tetapi lebih besar dari itu, konsumenlah yang harus merogoh kocek lebih dalam.
China Jadi Sasaran Utama
China adalah penyuplai utama laptop dan ponsel ke pasar AS. Negara ini pun menjadi sasaran utama kebijakan tarif Trump, dengan besaran tarif tambahan yang mencapai 104 persen. Bagi konsumen AS, ini menjadi kabar buruk. Sementara bagi pasar global, dampaknya tak kalah signifikan.
Ketika harga jual meningkat di AS, rantai pasok global pun ikut terdampak. Produsen dari China kemungkinan akan mencari pasar alternatif untuk menyalurkan produknya. Hal ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan di berbagai negara, yang berujung pada kenaikan harga secara global.
Baca Juga : iOS 19 Rilis Juni, Ini 26 iPhone yang Kebagian dan 3 iPhone Tidak Dapat Update
Efek Domino pada Industri Teknologi
Tarif impor tidak hanya memengaruhi harga akhir produk, tetapi juga memukul industri teknologi secara keseluruhan. Perusahaan elektronik yang bergantung pada ekspor ke AS akan mengalami penurunan permintaan. Sebagai imbasnya, mereka mungkin mengurangi produksi, memangkas tenaga kerja, atau bahkan menaikkan harga di negara lain untuk menutup kerugian.
Apple, misalnya, dilaporkan mempercepat pengiriman iPhone ke AS untuk menghindari tarif tambahan. Strategi penimbunan seperti ini umum dilakukan untuk mengantisipasi kebijakan ekonomi yang tidak stabil. Namun, tindakan tersebut hanya efektif dalam jangka pendek.
Menurut Miller, konsumen kemungkinan belum akan melihat lonjakan harga secara langsung dalam satu hingga dua bulan ke depan. Hal ini karena banyak perusahaan telah menimbun stok sebelum tarif diberlakukan. Namun, jika tidak ada perubahan kebijakan dalam beberapa minggu ke depan, maka mulai Juni atau Juli, harga-harga akan melonjak tajam.
Baca Juga : Cara Membuat Action Figure Diri Sendiri di ChatGPT
Konsumen Didorong untuk Belanja Sekarang
Salah satu saran utama dari para ahli adalah agar konsumen segera membeli barang elektronik yang dibutuhkan sebelum harga naik drastis. Miller menegaskan bahwa menunda pembelian hanya akan membuat konsumen merugi. “Beli sekarang. Jangan menunggu. Tidak masuk akal menunda,” katanya.
Meskipun belum ada kepastian apakah tarif ini akan berlanjut atau ada celah negosiasi antarnegara, banyak pihak pesimistis bahwa China akan mendapatkan pengecualian. Dengan kondisi ini, ponsel dan laptop akan terus menjadi barang elektronik dengan risiko inflasi harga tertinggi.
Strategi Perusahaan dan Harapan Masa Depan
Beberapa negara dan perusahaan mulai berupaya melakukan negosiasi dengan pemerintah AS untuk mencari keringanan tarif. Sayangnya, belum ada kepastian apakah langkah ini akan berhasil, terutama dalam konteks hubungan AS-China yang semakin tegang.
Sebagian perusahaan juga mempertimbangkan untuk memindahkan jalur produksi ke negara lain demi menghindari tarif tinggi. Namun, proses ini membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Dalam jangka panjang, kebijakan tarif semacam ini justru bisa memperlambat inovasi teknologi. Produsen akan mengurangi anggaran riset dan pengembangan karena tekanan biaya yang tinggi, sementara konsumen harus membayar lebih mahal untuk teknologi yang sama.
Kesimpulan
Kebijakan tarif impor oleh Presiden Trump memberi dampak langsung terhadap harga barang elektronik global, terutama ponsel dan laptop. Kenaikan tarif yang signifikan membuat harga bisa melonjak hingga hampir dua kali lipat. Konsumen disarankan untuk segera membeli produk elektronik sebelum lonjakan harga terjadi secara masif, terutama menjelang pertengahan tahun.
Sementara itu, para pelaku industri menghadapi tantangan berat dalam menjaga kestabilan pasokan dan harga. Dunia kini menanti apakah kebijakan ini akan berlangsung lama atau ada peluang diplomasi dagang yang meredakan ketegangan global.
Tinggalkan Komentar