
Teknologi.id – Di tengah demam ilmu komputer dan kecerdasan buatan yang mewabah di seluruh dunia, pernyataan mengejutkan datang dari Jensen Huang, CEO Nvidia—perusahaan chip AI terbesar dunia. Dalam wawancaranya bersama CNBC International (21 Juli 2025), Huang menyatakan:
“Jika saya berusia 20 tahun dan lulus hari ini, saya mungkin lebih memilih fisika ketimbang software.”
Pernyataan ini bukan sekadar nostalgia, melainkan sinyal kuat bahwa dunia teknologi sedang bergerak ke arah baru: dari perangkat lunak menuju integrasi AI fisik, di mana fisika menjadi bahasa universal dalam revolusi robotika.
Baca juga: Referensi Pendidikan dan Karier di Bidang Teknologi Informasi
Fisika: Fondasi Penting untuk Era AI Fisik dan Robotika
Menurut Huang, masa depan AI tidak hanya tentang kode atau cloud, melainkan tentang mewujudkan kecerdasan buatan ke dalam bentuk fisik—robot. Hal ini menuntut pemahaman mendalam tentang dinamika dunia nyata, seperti gesekan, inersia, dan hukum sebab-akibat.
Tren ini telah diantisipasi oleh berbagai universitas top dunia:
-
MIT meluncurkan jurusan Physical AI Engineering.
-
ETH Zurich menawarkan program Robotics Physics.
-
Universitas Tokyo menciptakan spesialisasi AI Material Science.
Ini bukan lagi sekadar wacana, tapi sudah menjadi arah nyata pendidikan global.
Kenapa Jurusan Fisika Semakin Relevan di Masa Depan?
Berikut 3 alasan mengapa fisika menjadi jurusan strategis di tengah revolusi teknologi:
1. Landasan Robotika Canggih
Fisika fluida penting untuk menciptakan robot bawah air yang bisa beradaptasi dengan tekanan, arus, dan medan kompleks. Tanpa pemahaman ini, efisiensi dan stabilitas robot akan sangat terbatas.
2. Kunci Material Generasi Baru
Fisika kuantum membuka jalan bagi terciptanya chip superkonduktor, material tahan ekstrem, dan teknologi nano. Hal ini menjadi tulang punggung perkembangan chip AI masa depan yang lebih cepat dan hemat energi.
3. Penghubung Dunia Digital dan Nyata
Simulasi fisika yang realistis menjadi inti dari metaverse, game engine, dan sistem pelatihan AI. Gravitasi, tumbukan, dan deformasi yang dimodelkan secara akurat membuat pengalaman digital semakin terasa nyata.
Karier Lulusan Fisika Kian Cerah: Didukung Langsung oleh Nvidia
Nvidia, di bawah kepemimpinan Huang, kini membangun pabrik-pabrik AI di seluruh Amerika Serikat. Mereka membuka ribuan lowongan kerja untuk:
-
Engineer mekanika presisi,
-
Ahli termodinamika untuk sistem pendingin,
-
Spesialis optika kuantum untuk pengembangan sensor AI.
Bahkan menurut LinkedIn Workforce Report Juli 2025, permintaan untuk physics-informed AI engineers melonjak 140% dalam setahun terakhir—sebuah angka yang menunjukkan perubahan signifikan dalam kebutuhan tenaga kerja teknologi.
Pendidikan Fisika Kini Berbasis Praktik, Bukan Sekadar Teori
Jurusan fisika hari ini sudah berevolusi. Tak lagi sekadar teori dan persamaan di papan tulis, kini pendekatannya sangat aplikatif:
1. Kolaborasi Industri
Stanford bekerja sama dengan Tesla merancang program Applied Physics for Autonomous Systems. Tujuannya jelas: menciptakan lulusan siap kerja yang mampu mendorong inovasi kendaraan otonom.
2. Wajib Kuasai Simulasi
Mahasiswa dituntut menguasai NVIDIA Omniverse—platform simulasi fisika canggih—sebagai bagian dari kurikulum, agar bisa merancang dan menguji prototipe digital sebelum ke dunia nyata.
3. Fokus pada Entrepreneur Tech
Sebanyak 30% dari kurikulum fisika modern kini fokus pada komersialisasi riset dan pengembangan startup teknologi, menciptakan lulusan yang tidak hanya pintar, tapi juga siap memimpin industri.
Tantangan Nyata: Akses, Kurikulum, dan Relevansi
Meski menjanjikan, ada tantangan besar:
-
Banyak kurikulum fisika masih terlalu teoritis.
-
Biaya membangun laboratorium canggih sangat mahal, terutama bagi kampus di negara berkembang.
-
Lulusan teknik terapan dinilai lebih “siap pakai” di industri, sehingga kompetisi semakin ketat.
Oleh karena itu, transformasi kurikulum dan investasi infrastruktur pendidikan menjadi krusial untuk menjadikan jurusan fisika benar-benar unggul.
Baca juga: Sudah Tau Belum? Ini 10 Jurusan Kuliah yang Paling Bikin Bahagia Mahasiswanya
Kesimpulan: Masa Depan Ada di Persimpangan Fisika dan AI
Pernyataan Jensen Huang menyiratkan pesan penting: masa depan bukan sekadar menulis kode, tapi memahami dunia nyata di balik mesin.
Bagi calon mahasiswa yang sedang menimbang pilihan, ini adalah momentum tepat untuk mempertimbangkan jurusan fisika sebagai batu loncatan menuju industri masa depan: robotika, AI, metaverse, hingga teknologi kuantum. Di era teknologi supercepat, justru pemahaman mendalam tentang hukum alam dasar yang akan menjadi pembeda.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(ipeps)
Tinggalkan Komentar