Teknologi.id - Jensen Huang, sosok visioner di balik Nvidia, pernah membagikan cerita masa kecil yang menjadi fondasi perjalanan kariernya. Dalam sebuah diskusi di Cambridge Union, ia mengungkapkan bahwa pelajaran hidup paling berharga justru datang dari ibunya — seorang perempuan sederhana yang mengajarinya bahasa Inggris, meski dirinya tidak bisa berbicara bahasa tersebut.
Kisah ini bukan sekadar cerita keluarga, tetapi menggambarkan bagaimana ketekunan, keberanian, dan kemauan belajar menjadi nilai inti yang dibawa Huang hingga memimpin salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.
Baca juga: CEO Nvidia Ungkap: Kalau Saya 20 Tahun, Saya Pilih Jurusan Ini, Bukan Ilmu Komputer!
Belajar Bahasa Inggris dari Ibu yang Tak Menguasainya
Jensen Huang lahir di Taiwan dan tumbuh dalam keluarga yang menggunakan bahasa Hokkien sebagai bahasa utama. Ketika ia berusia 9 tahun, keluarganya memutuskan pindah ke Amerika Serikat — sebuah langkah besar yang tentu menuntut banyak persiapan.
Salah satu persiapan itu datang dari sang ibu. Meskipun tidak bisa berbahasa Inggris, ia tetap berusaha mengajari Huang dan kakaknya. Ia menggunakan kertas, pensil, dan kamus untuk membantu kedua anaknya mengenal kata-kata dasar dalam bahasa baru tersebut.
Huang menyebut momen itu sebagai salah satu pelajaran terbesar dalam hidupnya.
“Ibu saya yang mengajarkan saya bahasa Inggris, padahal beliau sendiri tidak bisa berbahasa Inggris. Dan itu sudah menjelaskan semuanya,” ujar Huang.
Perjuangan sang ibu membuat Huang memahami bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti belajar. Sikap inilah yang kemudian membentuk pola pikirnya di dunia teknologi.
Perjalanan Panjang dari Imigran hingga CEO Teknologi Dunia
Setelah pindah ke Amerika Serikat, Huang menghadapi berbagai tantangan sebagai imigran kecil yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Namun ketekunan yang diwariskan ibunya membuat ia terus bertahan.
Pada 1993, Huang mendirikan Nvidia bersama dua rekannya. Awalnya perusahaan ini hanya bergerak di bidang grafis komputer. Namun seiring waktu, Nvidia menjadi salah satu fondasi penting perkembangan kecerdasan buatan (AI), pusat data, hingga teknologi gaming modern.
Pada 1999 Nvidia resmi melantai di bursa saham. Kini, nilai perusahaan itu mencapai lebih dari 5 triliun dolar AS, menjadikannya salah satu perusahaan paling berpengaruh di dunia teknologi.
“Tahan Banting” Jadi Kunci Kesuksesannya
Dalam sesi diskusi yang sama, Huang menegaskan bahwa kemampuan bertahan dalam kondisi sulit adalah faktor terbesar dalam perjalanan kariernya. Ia melihat setiap tantangan bukan sebagai hambatan, tetapi sebagai pertanyaan:
“Seberapa sulit sebenarnya ini?”
Ia juga menambahkan bahwa banyak orang menyerah bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena mereka berhenti terlalu cepat.
“Bertahan di dalam permainan adalah sebagian besar dari semuanya. Saya bisa melakukan apa yang saya lakukan hari ini karena saya tidak bosan dan saya tidak dipecat. Itu keajaibannya. Itu 100% bagian terpenting.”
Budaya Kerja Nvidia: Fokus, Tanpa Drama, Tanpa Privilege
Kesuksesan Nvidia bukan hanya karena teknologinya, tetapi juga budaya kerja yang dibangun sejak awal oleh Huang. Menurut Business Insider, Huang menerapkan struktur organisasi yang datar sehingga komunikasi lebih cepat dan politik kantor bisa diminimalisir.
Beberapa faktanya:
-
Huang memimpin hingga 36 bawahan langsung, tanpa terlalu banyak lapisan manajemen.
-
VP Nvidia pun tetap terbang dengan kelas ekonomi, tidak ada privilese berlebihan.
-
Banyak pejabat tidak memiliki asisten pribadi, kecuali yang benar-benar membutuhkannya untuk tugas tertentu.
Vice President Nvidia, Vladimir Troy, mengatakan:
“Tidak ada perlakuan khusus. Semua orang setara untuk fokus pada misi dan berkarya.”
Namun, dalam praktiknya Huang tetap menggunakan jet pribadi dalam beberapa perjalanan — hal yang umum di industri teknologi. Meski begitu, nilai kesederhanaan dan fokus tetap menjadi napas utama di dalam perusahaan.
Baca juga: CEO Nvidia: Kecanggihan AI China Bisa Menyalip AS dalam Waktu Dekat
Ketekunan yang Menginspirasi Banyak Pemimpin
Cerita keluarga Jensen Huang bukan hanya menginspirasi para karyawan Nvidia, tetapi juga para pemimpin perusahaan lain. Misalnya, Pavel Durov — pendiri Telegram — juga pernah mengungkapkan bahwa etos kerja kerasnya dipengaruhi oleh keluarganya sejak kecil.
Kisah-kisah seperti ini menunjukkan bahwa nilai-nilai sederhana seperti ketekunan, semangat belajar, dan kerja keras sering kali menjadi fondasi besar kesuksesan seseorang.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)

Tinggalkan Komentar