Sumber: Terrillo Walls/Unsplash
Teknologi.id - Di tengah hiruk pikuk konten digital, ada satu genre yang tak pernah kehilangan pesonanya: ASMR. Konten video atau audio yang penuh suara bisikan, gesekan, ketukan ringan ini, entah kenapa, terasa sangat menenangkan bagi sebagian besar orang. Bahkan, banyak yang mengaku tertidur lebih cepat atau merasa lebih rileks setelah mendengarkannya.
Baca juga: Fakta Mengejutkan! Indonesia Masuk 5 Besar Negara Pengguna Smartphone Terbanyak
Tapi, sebenarnya kenapa sih konten ASMR bisa begitu digemari? Yuk, kita bedah dari sisi psikologi, tren digital, dan pengalaman pengguna!
Apa Itu ASMR? Kenapa Rasanya Nyaman Banget?
ASMR adalah singkatan dari Autonomous Sensory Meridian Response, sebuah sensasi menyenangkan berupa “getaran lembut” atau “kesemutan” yang biasanya terasa di kepala, leher, hingga tulang belakang saat seseorang mendengar suara tertentu atau melihat gerakan tertentu yang repetitif dan halus.
Jenis suara yang biasa muncul dalam video ASMR meliputi:
- Suara bisikan pelan
- Suara jari mengetuk permukaan
- Suara kertas diremas
- Suara nafas lembut
- Suara orang makan atau mengunyah (mukbang whisper)
Bagi banyak orang, suara ini terasa seperti pelukan auditori yang nyaman, akrab, dan penuh ketenangan.
ASMR Bukan Sekadar Tren, Tapi Juga Obat Stres
ASMR bukan cuma hiburan biasa. Menurut penelitian dari National Institutes of Health, video ASMR mampu menurunkan detak jantung dan tekanan darah, sehingga cocok digunakan untuk relaksasi dan bahkan sebagai alat bantu tidur.
Seorang kreator ASMR bernama Preston Watt bahkan memutuskan keluar dari pekerjaannya dan fokus menjadi full-time content creator ASMR. Ia mengaku bahwa ASMR membantunya menghadapi kecemasan dan insomnia saat pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa ASMR punya efek menenangkan yang nyata bagi sebagian orang, terutama di era digital yang serba cepat dan penuh tekanan.
Dalam beberapa pemindaian otak, aktivitas ASMR ternyata juga memicu area-area otak yang berkaitan dengan rasa tenang, kedekatan sosial, dan emosi positif. Jadi, tidak heran jika banyak orang menggunakannya untuk coping mechanism.
Lebih dari Sekadar Suara: ASMR dan Rasa “Tidak Sendiri”
Menariknya, bukan cuma efek fisik yang membuat ASMR disukai. Banyak penonton merasa bahwa video ASMR memberikan ilusi kehadiran seseorang. Bayangkan kamu kerja dari rumah, sendirian, lalu ada suara pelan yang seperti menemani kamu, efeknya bisa terasa seperti ngobrol dengan teman dekat.
Inilah kenapa banyak orang menjadikan ASMR sebagai teman virtual yang bisa membuat mereka merasa lebih tenang dan “terhubung”, apalagi buat yang sering merasa kesepian atau mengalami social withdrawal.
Tapi Tidak Semua Suka: ASMR Bisa Menyiksa untuk Misophonia
Meski begitu, ASMR bukan konten yang cocok untuk semua orang. Bagi mereka yang mengalami misophonia, yaitu sebuah kondisi neurologis yang menyebabkan reaksi negatif terhadap suara tertentu—konten ASMR bisa menjadi mimpi buruk.
Suara bisikan, nafas, atau kunyahan bisa memicu kecemasan, kemarahan, atau bahkan panik pada penderita misophonia. Jadi, meski konten ASMR punya penggemar setia, tetap penting untuk memahami bahwa setiap orang punya toleransi dan sensitivitas suara yang berbeda.
ASMR di Era Digital, Kombinasi Relaksasi dan Inovasi
Dengan semakin banyaknya platform seperti YouTube, TikTok, hingga Spotify yang menyediakan konten ASMR, genre ini terus berkembang pesat. Tidak lagi terbatas pada bisikan atau ketukan biasa, para kreator kini semakin eksperimen dan inovatif, ada yang membuat simulasi peran (roleplay) seperti menjadi dokter, guru, atau bahkan kasir minimarket, hingga meracik suara memasak atau membuat minuman sebagai bentuk kuliner ASMR.
Bahkan, ada juga yang menciptakan dunia-dunia fiksi imersif dengan bantuan sound design sinematik yang mampu membawa pendengar ke suasana tertentu dari kedai kopi yang tenang hingga hutan di malam hari. Semua ini dirancang bukan hanya untuk hiburan, tapi juga untuk menenangkan pikiran dan mengurangi kecemasan.
Menariknya lagi, beberapa platform kesehatan dan terapi mental seperti aplikasi meditasi dan wellness kini mulai mengintegrasikan ASMR sebagai bagian dari program relaksasi, terapi tidur, hingga manajemen stres. Ini membuktikan bahwa ASMR bukan cuma tren internet sementara, tapi juga telah diakui sebagai bentuk terapi audio alternatif.
ASMR telah berkembang jauh dari awal kemunculannya, menjelma menjadi medium digital self-care yang menjangkau jutaan pengguna yang ingin merasa lebih rileks, fokus, atau sekadar punya teman “suara” saat hari terasa berat.
Baca juga: Studi MIT Sebut Bahwa ChatGPT Bikin Bodoh? Ini Faktanya!
ASMR telah membuktikan bahwa hal-hal kecil, seperti bisikan atau ketukan pelan, bisa memberikan dampak besar terhadap ketenangan jiwa. Meski masih banyak yang belum paham bagaimana mekanismenya bekerja secara ilmiah, ribuan orang telah membuktikan efeknya dalam membantu tidur, mengurangi stres, hingga mengisi kekosongan emosional.
Di era yang semakin bising ini, ASMR mungkin jadi salah satu cara paling sederhana untuk kembali merasa tenang.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)
Tinggalkan Komentar