Teknologi.id – Partai Politik “Path to Rebirth” dari Jepang, akan menunjuk AI sebagai ketua umum. Partai ini didirikan oleh Shinji Ishimaru pada bulan Januari 2025 untuk pemilihan Majelis Metropolitan Tokyo pada bulan Juli 2025. Penunjukan AI sebagai ketua umum partai Path to Rebirth muncul ketika Koki Okumura maju menggantikan Shinji Ishimaru.
Pemilihan AI sebagai pemimpin dalanm ranah politik tidak hanya terjadi di Jepang saja, tetapi di Albania sudah menunjuk AI sebagai menteri virtual kabinet pemerintah yang bertujuan untuk memberantas korupsi di negara tersebut.
Sebelum melihat lebih jauh alasan dibalik keputusan ini, alangkah
baiknya untuk mengetahui apa itu Path to Rebirth dan bagaimana ide itu bisa
muncul.
Latar Belakang Lahirnya Partai Path to Rebirth
Partai Path to Rebirth (Jalan Menuju Kelahiran Kembali) atau yang juga
disebut Partai Saisei no Michi merupakan partai baru di Jepang yang didirikan
oleh Shinji Ishimaru pada bulan Januari 2025. Tujuan Ishimaru mendirikan partai
ini untuk mengajukan kandidat dalam pemilihan Majelis Metropolitan Tokyo pada
bulan Juli 2025.
Dilansir dari the japan times, dalam konferensi pers Ishimaru
mengatakan kekhawatirannya pada masa depan Jepang sehingga ia mendirikan partai
baru yang dinamakan Saisei no Michi yang artinya jalan menuju kelahiran
kembali.
“Sudah lama saya merasa bahwa keadaan semakin buruk di negara ini dan
kita perlu melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Saya pikir Jepang perlu berubah
menuju titik kelahiran kembali” ujar Ishimaru.
Ia juga menegaskan bahwa partai Saisei no Michi setidaknya memiliki 3
fokus utama
- Berupaya meningkatkan partisipasi publik dalam politik
- Meningkatkan otonomi daerah
- Mendorong revitalisasi setiap komunitas lokal
Sistem dari partai ini, Ishimaru menjelaskan jika para kandidat dapat mencalonkan diri maksimal 2 periode dengan total 8 tahun. Setelah itu, mereka didorong untuk kembali ke pekerjaan sebelumnya atau dapat melanjutkan karier politik mereka.
Selain itu, partai ini juga tidak memiliki platform kebijakan yang terstruktur, melainkan membebaskan para anggotanya untuk menyusun agenda masing-masing.
Baca Juga: ChatGPT Go Resmi Hadir di Indonesia, Pertama di Asia Tenggara dengan Harga Terjangkau
Siapa itu Shinji Ishimaru?
Dalam pemilihan Walikota Akitakata, Ishimaru melakukan kampanye dan berpidato di puluhan tempat setiap hari dan berhasil memperoleh 8.076 suara. Ia menjabat sebagai Wali Kota Akitakata dari tahun 2020 hingg 2024.
Kemudian pada masa pemilihan Gubernur Tokyo 2024, Ishimaru mengundurkan
diri dari Walikota Akitakata dan mencalonkan dirinya sebagai independen tanpa
dukungan partai politik. Tidak disangka ia berhasil menempati posisi kedua dengan 1.658.363 suara berkat kampanye daring
yang sukses.
Namun, ketika pencalonannya sebagai Gubernur Tokyo 2024, Ishimaru kalah dari Yuriko Koike yang memperoleh sekitar 2,92 juta suara. Selain itu dalam pemilihan majelis Tokyo pada bulan Juni lalu, partai Path to Rebirth kesulitan merebut kursi di parlemen dan di bulan Juli 10 kandidat yang mencalonkan diri gagal juga mendapat kursi di Majelis Tinggi.
Baca Juga: Aturan Visa H-1B Baru Trump Ancaman Serius bagi Perusahaan Teknologi AS
Ide Dibalik Layar: AI jadi Ketua Partai Path to Rebirth
Setelah Ishimaru mundur dari jabatannya sebagai pemimpin partai Path to Rebirth, Koki Okumura, mahasiswa doktoral di Universitas Kyoto yang menekuni riset AI maju menggantikan Shinji Ishimaru. Menariknya Okumura tidak mengambil alih secara penuh sebagai pemimpin. Ia justru mengumumkan pemimpin baru untuk partai Path to Rebirth.
“Pemimpin baru kami adalah AI. Saya hanya akan bertugas sebagai asistennya” Ujar Okumura dalam konferensi pers.
Diketahui AI yang ditunjuk sebagai ketua partai ini akan berbentuk “Avatar Penguin”. “Pemimpinnya adalah AI Penguin. Kami akan mengembangkan AI dan membuatnya mengambil keputusan untuk partai” kata okumura dikutip dariTokyo Weekender(17/9/25).
Belum dapat diputuskan kapan “Penguin AI” akan mengambil alih dan
bagaimana proses penerapannya. Namun, Okumura menegaskan jika nantinya AI akan
berperan sebagai pengambil keputusan untuk partai. “AI tidak akan mendikte aktivitas politik
anggota partai, tetapi akan fokus pada keputusan seperti distribusi sumber daya
di antara anggota” tambah Okumura.
Menurut seorang profesor ilmu politik Universitas Hosei Tokyo – Hiroshi Shiratori, ia merasa bahwa Jepang belum siap pada partai yang bergantung dengan AI. Sebab, ketika pemilihan berlangsung orang cenderung akan memilih pemimpin yang dapat diandalkan dan partai yang sesuai dengan rakyat. Sedangkan AI tidak termasuk dalam kategori tersebut.
Baca Juga: Menteri AI Pertama di Dunia Resmi Dilantik Albania, Fokus Berantas Korupsi
Perbandingan: AI Ketua Partai Jepang vs Menteri AI Albania
Langkah Jepang dalam menggabungkan teknologi AI (artificial Intelligence)
ke dalam ranah politik mencerminkan keberanian yang lebih dari sekadar inovasi
teknologi. AI diberi tugas untuk memimpin politik dan mengambil keputusan
strategis partai.
Meskipun AI dinilai lebih praktis dan menjadi solusi, tetapi dosen di
Universitas Greenwich Inggris – Thomas Ferretti menegaskan jika meskipun AI
dapat meningkatkan efisiensi pemerintah tetapi teknologi tersebut tidak dapat
mengambil keputusan politik sendirian. Jika tidak di kelola dengan baik maka akan
berisiko dan membawa masalah.
Baca artikel dan berita lainnya di Google News
(SS)
Tinggalkan Komentar