
Teknologi.id - Perkembangan kecerdasan buatan (AI) tidak hanya mengubah dunia kerja di Bumi, tetapi juga membuka peluang karier baru di luar angkasa. Menurut CEO OpenAI, Sam Altman, generasi muda berpotensi memiliki pekerjaan bergaji tinggi di sektor antariksa pada tahun 2035.
AI Buka Jalan Karier Baru di Luar Angkasa
Altman memprediksi bahwa eksplorasi luar angkasa tidak lagi terbatas pada astronot dari lembaga pemerintah. Perusahaan swasta dan kemitraan internasional akan menciptakan lapangan kerja baru bagi profesional di berbagai bidang.
“Pada tahun 2035, lulusan perguruan tinggi bisa berangkat menjelajahi tata surya dengan pekerjaan yang benar-benar baru, menarik, bergaji tinggi, dan super menarik,” ujar Altman, dikutip dari Fortune (13/8/2025).
Baca juga: Sam Altman Takut Sama GPT-5, AI Buatannya Sendiri! Kok Bisa?
Gaji Tinggi & Permintaan Tenaga Ahli Dirgantara
Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, kebutuhan insinyur dirgantara tumbuh lebih cepat dibanding rata-rata pekerjaan lain. Saat ini, gaji tahunan profesi tersebut sudah mencapai 130.000 dolar AS (sekitar Rp2 miliar) dan diperkirakan terus meningkat seiring berkembangnya industri pesawat luar angkasa, teknologi satelit, hingga riset antarplanet.
Peluang kerja di masa depan tidak hanya untuk insinyur, tetapi juga terbuka bagi spesialis robotika, teknisi AI, ilmuwan planet, hingga pengelola logistik antarplanet.
AI Jadi Kunci Eksplorasi Antariksa
Teknologi AI kini berperan penting dalam penelitian luar angkasa, seperti:
-
Sistem navigasi otomatis
-
Perawatan prediktif pesawat luar angkasa
-
Analisis data misi antariksa
Prediksi Altman sejalan dengan rencana besar NASA yang menargetkan misi berawak ke Mars pada 2030-an. Jika berhasil, lulusan perguruan tinggi 2035 berpotensi bekerja dalam misi ke Bulan, Mars, bahkan planet lain.
Dampak AI Terhadap Dunia Kerja
Altman mengakui AI memang akan menghapus sejumlah jenis pekerjaan, tetapi juga menciptakan profesi baru. Setelah meluncurkan ChatGPT-5, ia membandingkan teknologi ini dengan “tim ahli setingkat PhD” yang bisa diakses lewat ponsel, sehingga seseorang bahkan bisa membangun perusahaan miliaran dolar hanya seorang diri.
Namun, realita saat ini menunjukkan tantangan berbeda. Laporan Fortune mencatat bahwa Generasi Z tengah kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil akibat otomatisasi. Data Federal Reserve AS juga mengungkap meningkatnya angka pengangguran anak muda, terutama pada pekerjaan entry-level seperti layanan pelanggan, penulisan konten, dan administrasi.
Pro & Kontra Prediksi Altman
Visi Altman menuai beragam reaksi. Profesor teknologi Stanford, Emily Tang, menilai ide tenaga kerja antarplanet menarik, tetapi implementasinya membutuhkan kesiapan infrastruktur, regulasi global, serta faktor sosial masyarakat.
“Teknologi bisa melesat cepat, tapi masyarakat biasanya butuh waktu lebih lama untuk mengejar,” jelas Tang.
Pandangan Tokoh Teknologi Lain
Selain Altman, sejumlah tokoh teknologi dunia juga berbagi prediksi soal masa depan kerja dengan AI:
-
Bill Gates: AI bisa memperpendek jam kerja mingguan menjadi hanya 2–3 hari.
-
Jensen Huang (CEO Nvidia): AI akan meningkatkan potensi manusia, bukan menggantikannya.
-
Mark Cuban: AI bisa menciptakan kekayaan baru, bahkan memungkinkan seseorang menjadi triliuner hanya dengan bisnis rumahan.
Baca juga: ChatGPT Jadi Sahabat Gen Z? Sam Altman Bilang: Jangan Terlalu Bergantung!
Kesimpulan
Perkembangan AI dan eksplorasi luar angkasa diperkirakan menciptakan peluang kerja luar biasa pada 2035. Meski saat ini banyak generasi muda masih berjuang melawan tantangan pasar kerja, masa depan bisa menghadirkan profesi baru yang lebih menarik, bergaji tinggi, dan bahkan memungkinkan manusia menjadikan luar angkasa sebagai tempat berkarier.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(fs)
Tinggalkan Komentar