Diduga Mata-Matai Warga Palestina, Microsoft Blokir Layanan Cloud Israel

Sarah Shabrina . October 03, 2025

Teknologi.id – Isu dugaan mata-mata terhadap warga Palestina kembali mencuat dan menyeret nama besar Microsoft. Perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat itu dikabarkan memblokir layanan cloud untuk Israel setelah menerima laporan bahwa teknologi mereka digunakan untuk aktivitas pengawasan ilegal.

Lalu, seperti apa sebenarnya dugaan pengawasan yang dilakukan Israel hingga Microsoft mengambil langkah tegas tersebut?

Baca juga: Microsoft Rilis Agent Mode: Word dan Excel Kini Bisa Nulis dan Hitung Sendiri

Apa Itu Layanan Microsoft Cloud?

Microsoft adalah perusahaan multinasional yang didirikan oleh Bill Gates dan Paul Allen pada tahun 1975 di Redmond, Washington. Selain sistem operasi Windows dan aplikasi Microsoft Office yang sudah mendunia, raksasa teknologi ini juga mengembangkan layanan berbasis komputasi awan (Cloud) bernama Microsoft Cloud.

Beberapa layanan utama Microsoft Cloud antara lain:

  • Microsoft Azure – Layanan cloud untuk hosting aplikasi, AI, machine learning, IoT, hingga manajemen database.

  • Microsoft 365 – Paket produktivitas berbasis cloud (Word, Excel, PowerPoint, Outlook).

  • Dynamics 365 – Mendukung operasional bisnis dari penjualan hingga logistik.

  • Power Platform – Terdiri dari Power BI & Power Automate untuk pengolahan data dan efisiensi bisnis.

  • Security & Compliance – Perlindungan data dengan standar keamanan kelas dunia.

Dengan layanan ini, organisasi dapat menyimpan, mengolah, dan mengakses data secara fleksibel tanpa batasan perangkat fisik.

Israel Gunakan Microsoft Cloud untuk Awasi Warga Palestina

Menurut investigasi +972 Magazine, Local Call, dan The Guardian, unit intelijen siber Israel, Unit 8200, diketahui menggunakan Microsoft Azure selama dua tahun terakhir untuk mendukung operasi militer terhadap Palestina.

Beberapa temuan penting:

  • Server Azure dipakai untuk menyimpan data warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

  • Tercatat hingga Juli 2025, ada 11.500 terabyte data atau setara 200 juta jam audio dari panggilan telepon yang tersimpan di server Microsoft di Belanda dan sebagian kecil di Irlandia.

  • Unit 8200 mampu menyimpan hingga 1 juta panggilan per jam.

  • Israel juga mengembangkan sistem “pesan bising” untuk memantau pesan teks warga Palestina, kemudian memberi peringkat “bahaya” pada tiap pesan.

Temuan ini memperlihatkan bagaimana teknologi cloud berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan pengawasan massal.

Microsoft Ambil Langkah Tegas: Blokir Layanan Cloud ke Israel

Pada 25 September 2025, Brad Smith, Wakil Ketua & Presiden Microsoft, mengumumkan melalui blog resmi perusahaan bahwa Microsoft telah menghentikan dan menonaktifkan layanan cloud untuk salah satu unit di Kementerian Pertahanan Israel (IMOD).

Ada dua prinsip utama yang menjadi dasar keputusan Microsoft:

  1. Microsoft tidak menyediakan teknologi untuk pengawasan massal terhadap warga sipil.

  2. Microsoft menghormati privasi pelanggan, tanpa mengakses konten mereka saat investigasi berlangsung.

Sebelumnya, pada Agustus 2025, Microsoft sempat menyatakan tidak menemukan bukti bahwa layanan Azure digunakan untuk merugikan pihak lain. Namun, setelah laporan investigasi The Guardian keluar, Microsoft akhirnya memutuskan untuk menghentikan layanan cloud tersebut.

Smith menegaskan:

“Kami telah meninjau keputusan ini dengan fokus memastikan layanan kami tidak digunakan untuk pengawasan massal terhadap warga sipil.”

Pesan Kemanusiaan di Balik Keputusan Microsoft

Keputusan Microsoft memblokir layanan cloud ke Israel bukan hanya soal bisnis teknologi, melainkan juga pesan moral bahwa inovasi digital harus diarahkan untuk mendukung nilai kemanusiaan, bukan sebagai alat penindasan.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa teknologi secanggih apa pun tetap harus diawasi agar tidak disalahgunakan untuk melanggar hak asasi manusia.

Baca artikel dan berita lainnya di Google News

(SS)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar