
Teknologi.id - Ketegangan antara China dan Amerika Serikat kembali meningkat di tengah persaingan industri teknologi global. Setelah Washington memperketat pembatasan ekspor chip canggih ke Beijing, kini giliran China yang membalas. Negara itu resmi menyeret dua raksasa chip asal Amerika — Nvidia dan Qualcomm — ke dalam penyelidikan besar-besaran.
Langkah ini menandai babak baru dalam perang chip global yang bukan hanya soal ekonomi, tapi juga perebutan dominasi di bidang kecerdasan buatan (AI) dan industri semikonduktor.
Baca juga: Trump Ungkap Niat Ingin “Bantu China”, Benarkah Perang Dagang Telah Usai?
China Buka Penyelidikan terhadap Qualcomm
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, badan pengawas pasar China, State Administration for Market Regulation (SAMR), telah membuka penyelidikan terhadap Qualcomm atas dugaan pelanggaran antimonopoli. Investigasi ini terkait akuisisi Qualcomm terhadap Autotalks, perusahaan chip otomotif asal Israel yang bergerak di bidang komunikasi mobil otonom.
SAMR menilai Qualcomm gagal melaporkan dampak akuisisi tersebut terhadap persaingan pasar chip di China. Akibatnya, perusahaan asal San Diego itu kini menghadapi tekanan besar dari regulator.
Dalam pernyataannya, Qualcomm mengaku bekerja sama penuh dengan otoritas China dan menegaskan komitmen untuk mendukung mitra lokal. Namun, ini bukan pertama kalinya Qualcomm bersinggungan dengan pemerintah China. Pada 2015, perusahaan ini pernah didenda 975 juta dolar AS karena dianggap melanggar aturan persaingan usaha.
Qualcomm memang memiliki ketergantungan besar terhadap pasar China. Hampir setengah dari total pendapatan globalnya berasal dari Negeri Tirai Bambu. Oleh karena itu, tekanan baru dari regulator China bisa menjadi pukulan berat bagi bisnis chip global mereka.
Nvidia Jadi Sasaran Berikutnya
Tak berhenti di Qualcomm, kini Nvidia juga menjadi target penyelidikan pemerintah China. Otoritas SAMR menemukan dugaan pelanggaran antimonopoli terkait akuisisi Nvidia terhadap Mellanox Technologies, perusahaan asal Israel yang diakusisi pada 2020 untuk memperkuat bisnis data center dan AI.
Langkah ini memperburuk hubungan dagang kedua negara yang sudah tegang sejak 2022, saat AS mulai membatasi ekspor chip AI dan peralatan pembuat chip ke China. Pemerintah China kini memperketat impor chip dari Nvidia dan bahkan menempatkan tim tambahan bea cukai di berbagai pelabuhan besar untuk memeriksa setiap pengiriman chip asal Amerika.
Menurut laporan Financial Times, China juga mulai mendorong perusahaan dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada chip Nvidia, bahkan untuk versi chip yang telah disesuaikan agar lolos dari sanksi ekspor AS seperti H20 dan RTX Pro 6000D.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar Beijing untuk memperkuat industri chip buatan lokal dan mempercepat pengembangan AI dalam negeri agar tidak lagi bergantung pada teknologi Amerika.
China Balas AS dengan Serangan Ekonomi
Penyelidikan terhadap Nvidia dan Qualcomm hanyalah satu bagian dari strategi balasan China. Dalam waktu hampir bersamaan, pemerintah Beijing juga mengumumkan kebijakan biaya tambahan bagi kapal berbendera Amerika Serikat yang berlabuh di pelabuhan China.
Langkah ini dinilai sebagai serangan ekonomi langsung terhadap AS, yang sebelumnya lebih dulu memberlakukan tarif baru terhadap kapal China di pelabuhan Amerika. Selain itu, China juga memperketat izin ekspor untuk bahan baku semikonduktor dan baterai litium, dua komponen vital dalam rantai pasok industri teknologi global.
Kebijakan ini berpotensi memperlambat pasokan chip dan baterai untuk industri Amerika yang sangat bergantung pada bahan-bahan mentah dari China.
Dampak dan Arah Baru Perang Chip Dunia
Perang chip global kini tidak lagi sekadar soal persaingan bisnis, tetapi telah menjadi perang strategi dan kekuatan geopolitik. Amerika berusaha menahan kemajuan teknologi China agar tidak menyaingi dominasi mereka di bidang AI dan militer. Di sisi lain, Beijing bertekad membangun kemandirian teknologi dengan mengembangkan chip lokal, AI nasional, dan rantai pasok yang tidak bergantung pada Barat.
Bagi banyak analis, langkah China menyeret Nvidia dan Qualcomm ke penyelidikan adalah sinyal kuat bahwa negara itu tidak akan diam terhadap sanksi AS. Beijing kini menunjukkan kemampuan untuk menyerang balik dengan kebijakan ekonomi dan pengawasan pasar yang ketat.
Dengan situasi ini, masa depan industri semikonduktor global menjadi semakin tidak pasti. Perusahaan teknologi di seluruh dunia kini berada di persimpangan — memilih bekerja sama dengan AS yang unggul secara teknologi, atau dengan China yang memiliki kekuatan pasar dan sumber daya besar.
Baca juga: Aturan Ketat Baru: China Larang Postingan Bernada Pesimis di Medsos
Kesimpulan
Perseteruan China dan Amerika Serikat dalam perang chip global belum akan berakhir dalam waktu dekat. Langkah-langkah terbaru Beijing terhadap Nvidia dan Qualcomm mempertegas ambisi China untuk memimpin dunia dalam teknologi semikonduktor dan kecerdasan buatan.
Satu hal yang jelas, dunia kini menyaksikan bukan hanya perang dagang, tetapi perang masa depan teknologi — di mana chip adalah senjatanya, dan AI adalah medannya.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)
Tinggalkan Komentar