
Teknologi.id - Di tengah ketegangan geopolitik, muncul sebuah teori tak terduga: lonjakan pesanan pizza di sekitar markas militer Amerika Serikat, Pentagon, dipercaya menjadi pertanda akan dilancarkannya serangan Israel ke Iran. Teori ini pertama kali viral di media sosial X (dulu Twitter), lewat akun @PentagonPizzaReport yang rutin memantau aktivitas restoran pizza di Washington, D.C.
Asal Muasal “Pentagon Pizza Index”
Istilah “Pentagon Pizza Index” merujuk pada pola peningkatan pesanan pizza mendadak di kawasan penting—seperti Pentagon, Gedung Putih, atau markas CIA—yang dikaitkan dengan ada tidaknya peristiwa besar atau krisis mendadak. Akun @PentagonPizzaReport mencatat, pada Kamis malam (13/6/2025) sekitar pukul 18.59 waktu setempat, hampir semua gerai pizza, mulai Domino’s, District Pizza Palace, hingga Extreme Pizza, diserbu pesanan dalam jumlah yang jauh di atas hari-hari biasa.
Ever heard of the ‘Pizza Index’?
When shits about to hit the fan, and a long night is in store…they order a boat load of pizza.
Here’s a live look at the pizza places around the Pentagon…that red bar is right now…the blue is normal busyness.
Israel + Iran = 🍕 pic.twitter.com/DCmwjx2caV
Pizza orders near the Pentagon are spiking again
Last time we saw this:
→ Iraq ‘90
→ Israel–Iran tensions (2024/2025)
Trump just warned about a possible evacuation of Tehran
These are not the conditions for $ETH to moon... pic.twitter.com/w5BrmDdRFA
Kronologi Kejadian
-
Pukul 18.59: Muncul laporan lonjakan order di Domino’s terdekat, hanya delapan menit perjalanan dari pintu gerbang Pentagon.
-
Beberapa menit kemudian: Restoran lain dalam radius satu kilometer juga mencatat kenaikan pesanan hingga dua kali lipat dibanding rata-rata pukul 19.00 di Kamis malam.
-
Sekitar pukul 19.50: Laporan ledakan pertama di Teheran muncul di televisi Iran, menandai dimulainya operasi militer Israel yang dinamai Operation Lion.
Baca juga: Iran Luncurkan Rudal Sejjil untuk Pertama Kalinya ke Israel, Picu Ketegangan Baru
Sejarah Panas di Balik Pizza
Menariknya, kaitan antara pesanan pizza dan aktivitas militer bukan hal baru. Pada masa Perang Dingin, agen Soviet pernah menaruh curiga ketika restoran di dekat Gedung Putih tiba-tiba kebanjiran pesanan pizza—mereka menduga Amerika tengah mempersiapkan gerakan militer besar. Begitu pula, sehari sebelum Irak di bawah Saddam Hussein menginvasi Kuwait pada 1 Agustus 1990, Domino’s dilaporkan menerima gelombang pesanan besar ke gedung CIA.
Tanggapan Resmi Pentagon
Menanggapi kehebohan ini, juru bicara Pentagon cepat membantah adanya keterkaitan antara pesanan pizza dan aktivitas militer rahasia. Ia menegaskan bahwa di dalam kompleks Pentagon sudah tersedia berbagai fasilitas katering internal—mulai dari kantin, kedai sushi, sandwich bar, hingga mesin penjual otomatis—sehingga personel tidak perlu mengandalkan restoran luar untuk konsumsi mendadak. “Tidak benar jika kami bergantung pada restoran luar hanya untuk makan malam mendadak,” ujarnya seperti dikutip Times of India.
Opini dan Skeptisisme
Sejumlah pengamat keamanan menilai fenomena ini lebih cocok dipandang sebagai anekdot menarik ketimbang bukti konkret. Mereka mengingatkan bahwa pesanan makanan cepat saji bisa dipengaruhi banyak faktor—mulai dari promosi restoran, pola kerja shift personel militer, hingga cuaca atau acara khusus di kota. Lonjakan di satu malam bisa jadi hanya kebetulan.
Rusia, Pizza, dan Intelijen
Dalam laporan berbahasa Rusia yang banyak dibahas ulang, disebutkan bagaimana pada era 1980-an KGB melacak pesanan pizza sebagai salah satu indikator aktivitas CIA di Washington. Namun para sejarawan menekankan bahwa metode intelijen modern jauh lebih kompleks dan tidak bergantung pada sinyal semacam itu.
Baca juga: Rudal Balistik Iran Jebol Iron Dome: Titik Lemah Pertahanan Israel Terungkap
Israel, AS, dan Klarifikasi Politik
Secara resmi, Amerika Serikat menegaskan dirinya tidak terlibat dalam serangan Israel ke Iran. Presiden AS Donald Trump menulis di platform Truth Social, “AS tidak ada hubungannya dengan serangan terhadap Iran.” Pernyataan serupa disampaikan oleh Menlu sekaligus Penasihat Keamanan Nasional, Marco Rubio, yang menambahkan bahwa prioritas AS adalah melindungi pasukannya. Israel, menurut Rubio, hanya melakukan operasi sebagai langkah pembelaan diri setelah serangkaian provokasi.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)
Tinggalkan Komentar