.jpg&size=720x400)
Teknologi.id – Selama ini banyak pengguna menganggap bahwa percakapan dengan chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT bersifat pribadi dan aman. Namun, pernyataan mengejutkan dari CEO OpenAI, Sam Altman, mengubah persepsi tersebut secara drastis.
Altman mengungkapkan bahwa percakapan pengguna dengan ChatGPT bisa digunakan sebagai bukti hukum di pengadilan, menimbulkan kekhawatiran besar terkait privasi dan kerahasiaan digital.
Baca juga: ChatGPT Rilis Study Mode, Bantu Siswa Kerjakan Tugas Sendiri Tanpa Jawaban Instan
Pengakuan Sam Altman: ChatGPT Bukan Tempat Rahasia
Dalam pernyataan publiknya, Sam Altman mengonfirmasi bahwa percakapan dengan ChatGPT dapat diminta secara legal oleh pengadilan dan digunakan dalam proses hukum. Hal ini menjadi sorotan serius, mengingat banyak pengguna membagikan informasi sangat pribadi kepada AI—seperti masalah hubungan, kesehatan mental, hingga pengalaman traumatis.
Kenapa ChatGPT Tidak Dianggap Rahasia?
Altman menyoroti adanya kesenjangan hukum antara percakapan dengan AI dan percakapan dengan profesional seperti dokter, psikolog, atau pengacara. Di Amerika Serikat, percakapan dengan tenaga profesional dilindungi oleh hukum (legal privilege), sedangkan komunikasi dengan AI tidak memiliki perlindungan hukum yang sama.
Akibatnya, jika ada perintah pengadilan, OpenAI harus menyerahkan percakapan tersebut. Altman menyebut situasi ini sebagai “very messy” dan percaya bahwa pengguna seharusnya mendapatkan hak privasi yang setara saat berbicara dengan AI.
OpenAI Vs The New York Times: Pertarungan Privasi Data
Pernyataan Altman muncul di tengah konflik hukum antara OpenAI dan The New York Times. Dalam gugatan tersebut, pengadilan meminta OpenAI untuk menyimpan dan menyerahkan data percakapan pengguna ChatGPT. OpenAI menolak dan mengajukan banding, menyebut permintaan itu sebagai “overreaching” dan bertentangan dengan kebijakan privasi internal mereka.
Dampak Hukum dan Kekhawatiran Preseden Baru
OpenAI khawatir jika pengadilan dapat memaksa mereka menyerahkan data pengguna, hal itu akan membuka jalan bagi lebih banyak permintaan hukum di masa depan, seperti investigasi kriminal, penyelidikan pajak, atau kasus lainnya. Ini berisiko mengikis kepercayaan pengguna dan memperkuat keraguan terhadap keamanan AI.
Privasi Digital: Tantangan Besar di Era AI
Kasus ini mencerminkan tantangan yang lebih besar: kurangnya regulasi hukum yang jelas untuk percakapan digital dengan AI. Pengguna semakin menyadari pentingnya perlindungan data pribadi, apalagi ketika AI digunakan dalam urusan personal.
Jika tidak ada kepastian hukum, maka adopsi AI berpotensi terhambat karena pengguna takut percakapannya bisa digunakan melawan mereka.
Baca juga: Pencipta ChatGPT Sam Altman: Pekerjaan Ini Akan Hilang Total karena AI!
Kesimpulan
Pernyataan Sam Altman bahwa percakapan dengan ChatGPT tidak dijamin kerahasiaannya secara hukum menjadi pengingat bahwa dunia digital tidak sepenuhnya aman. Tanpa kerangka hukum yang memadai, pengguna tidak memiliki perlindungan yang layak.
Pertarungan hukum antara OpenAI dan The New York Times bisa menjadi preseden penting untuk masa depan privasi digital. Kejelasan hukum dan perlindungan data yang kuat sangat dibutuhkan agar pengguna merasa aman dan percaya dalam menggunakan AI secara luas.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ak)