.jpg&size=720x400)
Teknologi.id – Siapa bilang belajar teknologi harus mahal dan rumit? Di Banjar Dukuh, Serangan, Denpasar Selatan, sekelompok anak SD membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari bahan sederhana seperti tusuk sate dan kabel bekas.
Workshop yang digelar oleh Fab Lab Bali dan Cast Foundation ini menghadirkan pengalaman unik: anak-anak tidak hanya belajar merakit drone, tetapi juga belajar berpikir kritis, kreatif, dan bekerja sama.
Baca juga: Drone Seukuran Nyamuk, Senjata Mata-Mata Baru China yang Bikin Dunia Waswas
Belajar Teknologi dengan Cara Menyenangkan
“Anak-anak bukan hanya belajar merakit drone, mereka belajar berpikir,” ujar Duwi Arsana, mentor utama workshop tersebut.
Sebanyak 14 siswa SD kelas 1 hingga 4 dibagi ke dalam kelompok kecil. Alih-alih diberi perangkat canggih, mereka menggunakan tusuk sate, motor mini, kabel sederhana, dan baling-baling kecil. Dari bahan-bahan sehari-hari ini, lahirlah rangka drone sederhana yang bisa bergerak, berputar, hingga terbang rendah.
Lebih dari sekadar mainan, anak-anak belajar prinsip aerodinamika, elektronika dasar, energi, hingga pentingnya kerja sama tim.
Teknologi yang Ramah Lingkungan
Pendekatan ini juga mengajarkan anak-anak tentang kesadaran lingkungan. Tusuk sate dipilih bukan hanya karena murah dan mudah didapat, tetapi juga karena ramah lingkungan.
Di tengah dunia yang dipenuhi limbah plastik, kegiatan ini memberi pesan kuat: teknologi tidak harus merusak, justru bisa lahir dari bahan sederhana yang ramah lingkungan.
Baca juga: Mulai Masuki Ranah Militer, OpenAI Bantu AS Produksi Drone Berteknologi AI
Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu
Respon anak-anak dalam workshop ini luar biasa. Mereka bukan hanya antusias, tetapi juga kritis. Ada yang bertanya apakah drone bisa membawa barang, bahkan ada yang penasaran apakah bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Pertanyaan-pertanyaan itu menunjukkan bahwa kegiatan ini berhasil menumbuhkan rasa ingin tahu dan imajinasi masa depan.
Fab Lab Bali dan Cast Foundation berharap kegiatan ini menjadi pintu masuk menuju pendidikan teknologi yang lebih inklusif dan menyenangkan, terutama bagi anak-anak di komunitas lokal.
Dari Tusuk Sate Menuju Masa Depan

Di tangan anak-anak Banjar Dukuh, tusuk sate sederhana berubah menjadi drone. Sebuah transformasi kecil dengan makna besar: teknologi sejati bukan soal harga atau kecanggihan, tetapi soal bagaimana ia bisa dipahami, dirakit, dan dimanfaatkan.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa inovasi tidak selalu lahir dari laboratorium mahal, tetapi bisa tumbuh dari ruang sederhana, tangan mungil, dan bahan yang tak pernah diduga.
Dari tusuk sate, kabel kecil, dan rasa ingin tahu—masa depan sedang dirakit di Bali.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(ipeps)
Tinggalkan Komentar