
Teknologi.id - Ukraina kembali membuat gebrakan besar dalam perang melawan Rusia lewat serangan udara skala besar yang diberi nama Operasi Jaring Laba-laba (Operation Spiderweb). Dalam operasi ini, Ukraina berhasil menyusupkan 117 drone ke wilayah Rusia dan menyerang empat pangkalan udara penting. Akibatnya, puluhan pesawat tempur Rusia, termasuk pembom strategis, dilaporkan hancur. Peristiwa ini dianggap sebagai pukulan besar terhadap kekuatan udara Rusia dan menjadi sinyal lemahnya pertahanan mereka.
Menurut pernyataan resmi Angkatan Bersenjata Ukraina, drone-drone tersebut menyerang 41 pesawat, dan setidaknya 13 di antaranya hancur, termasuk pesawat pembom canggih seperti Tu-22M3 Backfire-C, Tu-95MS Bear-H, dan pesawat radar A-50 Mainstay. Bahkan ada laporan belum terkonfirmasi bahwa pembom supersonik jarak jauh Tu-160 Blackjack juga ikut hancur.
Analis militer Barat menyebut serangan ini sebagai penghinaan besar bagi Presiden Rusia Vladimir Putin. “Saat Putin berpikir ia sedang unggul, justru serangan ini menunjukkan kerentanannya,” kata Sven Biscop dari Egmont Institute. Meskipun serangan ini mungkin tidak langsung mengubah jalannya perang, tetapi menunjukkan bahwa kemajuan Rusia di medan tempur bisa dibayar dengan kerugian besar.
Baca juga: Ini Dampak Negatif Perang Rusia-Ukraina Terhadap Indonesia
Penyelundupan Drone Cerdas: Truk Kayu dan Pengemudi yang Tak Tahu Apa-Apa
Yang lebih mengejutkan, serangan ini dilakukan dengan menyelundupkan drone ke Rusia menggunakan truk biasa. Kepala Dinas Keamanan Ukraina (SBU), Vasyl Maliuk, menjelaskan bahwa drone dibawa dalam peti kayu yang bisa dibuka dari jarak jauh. Truk-truk itu dikemudikan oleh orang-orang yang tidak menyadari bahwa mereka membawa drone. Setelah mencapai lokasi dekat pangkalan udara, atap peti dibuka secara otomatis dan drone meluncur menuju target.
Here are videos from Russian telegram channel Mash purported to show the Ukrainian SBU drones flying out of a truck where they’d been hidden and heading for a Russian airfield. Second video shows Russian men apparently trying to knock down the drones with stones. pic.twitter.com/LOpfmkUNCJ
Video yang beredar menunjukkan detik-detik drone keluar dari atap truk. Bahkan, ada pengemudi truk Rusia yang panik dan mencoba melempar batu ke drone yang terbang keluar dari kendaraannya. Menurut saluran Telegram Rusia, Baza, para pengemudi mendapat pesanan mengantar peti kayu dari seorang pengusaha, tanpa tahu isi sebenarnya. Mereka hanya diarahkan untuk memarkir truk di lokasi-lokasi tertentu sebelum drone meluncur.
This was a hugely ambitious SBU operation. According to people familiar with the attack, codenamed “Spiderweb”, it was planned more than a year in advance and “personally supervised” by Zelensky. It used dozens of FPV drones armed with explosives that were smuggled into Russia.… pic.twitter.com/a7WvTILWWa
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi melalui media sosial bahwa 117 drone digunakan dalam operasi yang telah direncanakan selama satu tahun enam bulan sembilan hari. Menurut Dr. Steve Wright, pakar drone asal Inggris, drone yang digunakan adalah jenis quadcopter sederhana, namun mampu membawa bom dengan daya ledak yang besar.
Yang membuat operasi ini semakin mencengangkan adalah keberhasilan Ukraina mengontrol semua drone dari jarak jauh, dan setiap drone memiliki "pilot" masing-masing. Meski Ukraina belum mengungkap asal drone tersebut, kemungkinan besar drone ini adalah hasil produksi dalam negeri, mengingat sejak awal perang Ukraina gencar membangun industri drone mereka sendiri.
Serangan ini menjadi bukti bahwa dengan strategi yang cerdas dan teknologi yang efisien, Ukraina mampu mengguncang pertahanan Rusia dari dalam.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)
Tinggalkan Komentar