Sumber: IDN Financials
Teknolgoi.id - Bayangkan ini: negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Inggris ternyata kalah telak dari Indonesia soal kesejahteraan hidup. Bukan dalam hal kekayaan atau teknologi, tapi dalam hal menjadi manusia yang "berkembang" alias flourishing. Yup, kamu gak salah baca!
Baca juga: Indonesia Jadi Negara Paling "Rajin" Akses Internet via HP di Dunia
Sebuah studi dari Universitas Harvard baru-baru ini bikin kejutan besar. Studi yang dinamai Global Flourishing Study ini melibatkan lebih dari 203 ribu responden dari 22 negara di seluruh dunia, mewakili 64% populasi global. Tujuannya? Mengukur bagaimana orang-orang di berbagai negara merasa berkembang dalam hidup mereka. Dan tebak siapa yang ada di posisi nomor satu? Indonesia!
Apa Itu "Berkembang" Menurut Harvard?
Dalam studi ini, berkembang bukan berarti punya gaji tinggi atau mobil mewah. Yang diukur adalah tujuh aspek penting dalam hidup:
-
Kesehatan fisik,
-
Kebahagiaan,
-
Makna hidup,
-
Karakter pro-sosial,
-
Hubungan sosial,
-
Keamanan finansial, dan
-
Spiritualitas.
Dengan kata lain, berkembang itu berarti hidup yang seimbang, penuh makna, dan punya hubungan sosial yang sehat.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Tyler VanderWeele dari Harvard, menerbitkan hasilnya di jurnal Nature Mental Health. Mereka menjelaskan bahwa konsep berkembang bersifat multidimensi. Jadi bukan cuma soal punya uang banyak, tapi juga bagaimana seseorang merasa terhubung, berguna, dan hidup sesuai tujuan.
Indonesia Peringkat Satu Dunia
Skor tertinggi diberikan kepada Indonesia dengan nilai 8,3. Posisi berikutnya ditempati oleh Israel (7,87), Filipina (7,71), Meksiko (7,64), dan Polandia (7,55).
Meski Indonesia bukan negara dengan PDB tertinggi, ternyata masyarakatnya unggul dalam aspek hubungan sosial dan karakter pro-sosial. Dua hal ini yang mendorong rasa keterhubungan, kebersamaan, dan makna hidup yang lebih dalam.
Bayangkan, dalam hal seperti “punya teman dekat” atau “merasa hidupnya bermakna,” orang Indonesia jauh lebih banyak menjawab "iya" dibanding orang dari negara maju. Hal ini memperlihatkan bahwa gotong royong, kebersamaan, dan semangat saling bantu yang jadi budaya kita memang punya dampak nyata.
Negara Maju Tidak Selalu Bahagia
Yang bikin kaget, Amerika Serikat cuma duduk di peringkat 12 dan Inggris di peringkat 20 dari 22 negara. Bahkan, fakta mengejutkan bahwa Jepang berada di peringkat paling bawah dengan skor hanya 5,89.
Padahal, Jepang dikenal dengan teknologi canggih, sistem kesehatan hebat, dan umur harapan hidup tinggi. Tapi sayangnya, banyak warganya merasa tidak punya hubungan dekat atau tujuan hidup yang kuat. Mereka juga cenderung menjawab “tidak” saat ditanya apakah memiliki teman dekat.
Hal ini memperkuat argumen bahwa kemajuan ekonomi dan teknologi ternyata tidak otomatis bikin manusia merasa bahagia atau berkembang.
Menurut Brendan Case, salah satu peneliti di studi ini, temuan ini justru memunculkan pertanyaan penting: “Apakah kita membangun kemajuan ekonomi dengan mengorbankan makna hidup dan hubungan sosial?”
Anak Muda Kurang Sejahtera?
Fakta menarik lainnya: skor berkembang ternyata meningkat seiring bertambahnya usia. Artinya, orang yang lebih tua justru cenderung merasa lebih damai dan sejahtera secara spiritual dan sosial dibanding anak muda.
Rata-rata, orang berusia 18–49 tahun punya skor lebih rendah dibanding mereka yang lebih tua. Ini cukup bikin prihatin, karena generasi muda adalah masa depan. Kalau mereka merasa kurang berkembang, apa yang bakal terjadi di masa depan?
Para peneliti juga mempertanyakan apakah pembangunan yang terlalu fokus pada ekonomi dan sekularisasi justru mengabaikan jalur spiritual yang bisa menjadi pondasi berkembangnya manusia.
Kenapa Indonesia Bisa Unggul?
Beberapa faktor kunci yang membuat Indonesia unggul dalam studi ini antara lain:
-
Kuatnya nilai-nilai sosial seperti gotong royong dan kekeluargaan.
-
Budaya spiritual yang masih hidup dan dijalani banyak orang.
-
Tingginya rasa saling peduli antar individu dalam komunitas.
Meskipun secara ekonomi Indonesia masih termasuk negara berkembang, secara kualitas hidup yang "bermakna", kita ternyata bisa jadi contoh dunia.
Uang Bukan Segalanya
Studi ini jadi pengingat kuat bahwa kemajuan sejati bukan hanya soal teknologi canggih, gedung pencakar langit, atau ekonomi stabil. Tapi juga soal bagaimana manusia merasa bahagia, terhubung, dan hidup sesuai makna.
Berkembang itu tentang jadi manusia utuh, bukan cuma produktif atau sukses secara finansial. Dan untuk saat ini, menurut Harvard, Indonesia adalah juaranya.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)
Tinggalkan Komentar