Bill Gates Ramal Manusia di Masa Depan Cuma Perlu Kerja 2 Hari Seminggu Berkat AI

Teknologi.id . April 09, 2025
Bill Gates AI
Foto: Computer Hoy


Teknologi.id - Bill Gates, pendiri Microsoft sekaligus tokoh teknologi berpengaruh, kembali memantik diskusi soal masa depan manusia dalam dunia kerja.

Dalam sebuah wawancara yang tayang di The Tonight Show bersama Jimmy Fallon pada Februari 2025, Gates menyampaikan prediksinya yang cukup mencengangkan: di masa depan, manusia kemungkinan hanya perlu bekerja dua hari dalam seminggu—semua berkat bantuan AI alias kecerdasan buatan.

Pandangan Gates ini lahir dari pengamatannya terhadap evolusi teknologi selama beberapa dekade. Ia mengingat masa ketika komputer adalah barang mewah, hanya bisa diakses oleh segelintir orang. Kini, komputer telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Gates percaya, transformasi serupa akan terjadi pada teknologi AI. Menurutnya, kemampuan yang dulu dianggap langka—seperti kepakaran seorang dokter atau guru terbaik—akan menjadi hal umum dan mudah diakses secara gratis melalui sistem AI.

“Dulu kita bicara soal betapa berharganya dokter atau guru hebat. Tapi ke depan, nasihat medis berkualitas dan bimbingan belajar terbaik bisa tersedia gratis lewat AI,” ujar Gates.

Baca juga: Riset Terbaru: Kolaborasi Manusia dan AI Tingkatkan Produktivitas Kerja hingga 16,4%

Gates menyebut dunia tengah memasuki era baru yang ia istilahkan sebagai “era kecerdasan gratis.” Era ini ditandai dengan meluasnya akses terhadap AI yang canggih—bukan hanya untuk membantu, tapi juga mungkin menggantikan sebagian besar peran manusia dalam berbagai sektor. Mulai dari diagnosa medis yang lebih akurat, hingga tutor virtual dan asisten pribadi digital yang siap sedia setiap saat.

Lebih lanjut, ia memprediksi bahwa dengan pesatnya perkembangan AI, sistem kerja manusia akan berubah drastis. Dalam beberapa dekade ke depan, pekerjaan yang kini memakan waktu lima hingga enam hari bisa selesai hanya dalam dua atau tiga hari. Hal ini membuka peluang bagi kehidupan yang lebih seimbang—lebih banyak waktu untuk keluarga, hobi, atau eksplorasi pribadi.

Namun, seperti biasa, prediksi Gates ini memantik pro dan kontra. Di satu sisi, ide tentang jam kerja yang lebih pendek terdengar seperti impian banyak pekerja. Sebuah studi di Inggris bahkan menunjukkan bahwa perusahaan yang menguji coba sistem kerja empat hari seminggu mengalami peningkatan produktivitas dan kebahagiaan karyawan. Sebanyak 86% perusahaan dalam studi tersebut memilih melanjutkan kebijakan itu karena hasilnya yang positif.

Baca juga: Jangan Asal Ikut Tren! Waspadai Bahaya Ubah Foto Jadi Animasi AI

Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran serius. Kritik pertama datang dari sisi struktural: profesi seperti guru dan dokter bukan hanya soal efisiensi, melainkan tentang kebutuhan dasar masyarakat yang selama ini justru kekurangan dukungan. Kurangnya tenaga kerja di bidang tersebut bukan karena teknologinya belum ada, tapi karena kurangnya investasi dan perhatian pemerintah terhadap sektor itu.

Kritik kedua menyasar kemampuan AI itu sendiri. Meski teknologi ini menunjukkan kemajuan signifikan, kualitasnya belum sepenuhnya dapat diandalkan. Contohnya, chatbot AI seperti Gemini dari Google sering muncul di posisi teratas hasil pencarian, namun tidak jarang memberikan informasi yang keliru atau bias. Dalam dunia medis, algoritma AI memang mampu mendeteksi pola penyakit tertentu, tapi masih berisiko menyamaratakan kondisi pasien yang kompleks dan unik.

Gates sendiri mengakui bahwa masa depan AI penuh ketidakpastian. “AI memang membawa gelombang inovasi, dan saya suka itu. Tapi masih banyak yang belum kita ketahui. Apakah kita bisa mengendalikannya? Apakah manfaatnya bisa dirasakan semua orang?” tuturnya.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak orang belum sepenuhnya merasakan dampak praktis dari AI dalam keseharian. AI sering kali tidak serta-merta mengurangi beban kerja, melainkan hanya memindahkan jenis beban tersebut ke bentuk digital. Selain itu, AI juga dikritik karena kecenderungannya menggantikan pekerjaan kreatif—seperti menulis, mendesain, atau membuat ilustrasi.

Baca juga: Jangan Asal Ikut Tren! Waspadai Bahaya Ubah Foto Jadi Animasi AI

Salah satu isu yang ramai diperbincangkan adalah kemampuan ChatGPT 4.0 dalam menghasilkan gambar bergaya Studio Ghibli dari foto pengguna. Meskipun terlihat menakjubkan, praktik ini memunculkan pertanyaan besar tentang etika dan pelanggaran hak cipta, karena karya seni berlisensi sering digunakan sebagai bahan pelatihan tanpa persetujuan. Meta, perusahaan induk Facebook, juga sempat tersandung kasus serupa karena diduga menggunakan konten bajakan untuk mengembangkan model AI mereka.

Akhirnya, meski ramalan Gates tentang pekerjaan dua hari seminggu terasa menggiurkan, kita tetap perlu memandangnya dengan hati-hati. AI memang mengubah dunia, tapi apakah perubahan itu membawa kita ke arah yang lebih baik atau justru sebaliknya? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar