
Teknologi.id - Perubahan iklim dan kebutuhan pangan global menjadi tantangan besar abad ini. Namun, sebuah terobosan signifikan datang dari China, di mana para ilmuwan berhasil mengembangkan metode untuk mengubah karbondioksida (CO₂)—gas rumah kaca utama—menjadi gula.
Inovasi ini menjanjikan solusi revolusioner untuk pengurangan emisi karbon, sekaligus membuka jalan baru dalam produksi pangan berkelanjutan.
Metode Inovatif: Dari Metanol ke Sukrosa Tanpa Tebu
Sekelompok ilmuwan dari Institut Bioteknologi Industri Tianjin, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, menciptakan sistem biotransformasi yang mengubah alkohol metanol menjadi sukrosa (gula putih).
Yang menarik, metanol yang digunakan dalam proses ini dapat diperoleh dari limbah industri atau dibuat secara langsung melalui hidrogenasi CO₂. Prosesnya menggunakan enzim yang dimodifikasi untuk mengubah metanol menjadi sukrosa.
Para peneliti menyatakan bahwa metode ini juga dapat menghasilkan karbohidrat kompleks lain, seperti fruktosa dan pati. Ini merupakan pencapaian besar, mengingat sintesis karbohidrat rantai panjang dari CO₂ selama ini menjadi tantangan ilmiah.
Baca juga: 10 Media Sosial dengan Jejak Karbon Terbanyak, Siapa Juaranya?
Visi Besar: Ubah Emisi Jadi Makanan
Tujuan utama dari inovasi ini adalah mengubah karbon dioksida yang tertangkap menjadi sumber makanan.
Dalam jurnal Science Bulletin, para peneliti menyatakan bahwa:
“Konversi buatan karbon dioksida menjadi makanan dan bahan kimia menawarkan strategi menjanjikan untuk mengatasi tantangan lingkungan dan populasi, sambil berkontribusi pada netralitas karbon.”
Negara seperti Indonesia, yang sangat bergantung pada tebu dan bit gula, menghadapi tantangan besar karena kebutuhan lahan dan air yang tinggi. Dengan populasi global yang terus tumbuh dan perubahan iklim yang memburuk, tekanan terhadap sektor pertanian semakin besar.
Teknologi ini menawarkan alternatif ekonomis dan berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada lahan pertanian dan sumber daya air yang terbatas.
Efisiensi Tinggi dan Potensi Besar
Penelitian dari Institut Kimia Fisika Dalian (CAS) pada 2021 sudah menunjukkan metode efisien untuk memproduksi metanol dari CO₂ melalui hidrogenasi suhu rendah.
Kini, tim dari Tianjin berhasil mensintesis sukrosa dari metanol, dan bahkan pati, dengan input energi lebih rendah dibandingkan metode sebelumnya.
Dengan efisiensi konversi hingga 86%, ini menunjukkan potensi luar biasa dalam produksi bahan pangan dari emisi karbon.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski menjanjikan, sistem biotransformasi in vitro (ivBT) ini masih perlu dikembangkan agar lebih stabil dan dapat diskalakan. Peneliti menyoroti perlunya:
-
Penyaringan enzim lanjutan
-
Peningkatan stabilitas platform
-
Pengembangan sistem industri yang andal
Jika berhasil, teknologi ini bisa menjadi pengubah permainan (game-changer) dalam upaya global mencapai netralitas karbon dan memastikan ketahanan pangan jangka panjang.
Baca juga: Peneliti Temukan Cara Hilangkan Karbon Dioksida dari Emisi Pabrik
Kesimpulan
Terobosan ilmuwan China dalam mengubah CO₂ menjadi gula adalah langkah monumental dalam menghadapi krisis iklim dan krisis pangan global. Dengan kemampuan mengurangi emisi dan menghasilkan pangan tanpa lahan pertanian besar, teknologi ini menawarkan harapan besar bagi masa depan hijau dan berkelanjutan.
Meski masih menghadapi tantangan teknis, arah penelitian ini memperlihatkan potensi transformatif luar biasa bagi masa depan bumi dan umat manusia.
Baca berita teknologi menarik lainnya di Google News.
(ak)
Tinggalkan Komentar