7 Jenis Konten YouTube yang Tidak Bisa Dimonetisasi Mulai 2025, Wajib Tahu!

I Putu Eka Putra Sedana . July 16, 2025
Foto: Medium


Teknologi.id - YouTube mengumumkan perubahan besar dalam kebijakan monetisasi yang mulai berlaku pada 15 Juli 2025. Berdasarkan YouTube Policy Update terbaru, sekitar 30% konten YouTube diprediksi tidak lagi memenuhi syarat monetisasi. Langkah ini merupakan upaya YouTube untuk menjaga kualitas platform sekaligus memberikan penghargaan lebih kepada kreator yang benar-benar orisinal.

Bagi para kreator konten, terutama yang menggantungkan penghasilan dari AdSense, ini saatnya mengevaluasi ulang strategi konten. Perubahan ini bukan hanya soal algoritma—ini soal esensi dan nilai dari konten yang kamu buat.

Jenis Konten yang Tidak Lagi Bisa Dimonetisasi Mulai Juli 2025

Menurut laporan Blog Creator Insider YouTube, berikut adalah 7 jenis konten yang secara eksplisit dilarang untuk dimonetisasi:

1. Narasi atau Cerita Berulang

Channel yang terus-menerus mengunggah video dengan alur cerita serupa tanpa sudut pandang atau pengembangan baru akan dianggap tidak memberi nilai tambah.

2. Slideshow Gambar atau Teks Berjalan

Konten pasif berupa kumpulan gambar atau teks tanpa narasi, komentar, atau interpretasi dianggap tidak layak didukung secara finansial.

3. Klip dari Acara TV, Film, atau Video Kreator Lain

Meski sudah berlisensi atau masuk domain publik, video semacam ini tidak akan dimonetisasi kecuali diolah secara kreatif (misalnya dalam bentuk review atau analisis).

4. Kompilasi Lagu dengan Modifikasi Minim

Perubahan kecil seperti pitch atau kecepatan lagu tidak cukup. YouTube menuntut bentuk remix atau interpretasi kreatif yang substansial.

5. Unggahan Ulang dari Platform Lain

Video yang hanya diambil dari platform lain dan diunggah ulang ke YouTube tanpa konteks tambahan, narasi, atau sudut pandang baru akan dianggap tidak orisinal.

6. Video Reaksi Non-Verbal

Hanya bereaksi dengan ekspresi wajah tanpa komentar, opini, atau analisis kini tidak lagi memenuhi syarat monetisasi.

7. Video Berbasis Template Massal atau Otomatis

Konten yang dibuat secara massal, termasuk yang dihasilkan oleh AI tanpa penyuntingan atau pemaknaan ulang, akan langsung ditolak dari program monetisasi.

Baca juga: Google Diam-Diam Lacak Aktivitas Penggunanya 24 Jam, Begini Cara Menonaktifkannya

YouTube akan menggunakan teknologi machine learning dan evaluasi manual untuk menilai apakah sebuah konten layak dimonetisasi. Misalnya, video walkthrough game tanpa komentar bisa tetap dimonetisasi jika terbukti memiliki nilai transformasi—entah lewat gaya bermain, editing, atau storytelling unik.

Menurut YouTube, teknologi seperti AI tetap diperbolehkan selama digunakan untuk memperkaya konten, bukan meniru. Kreator yang mengandalkan format otomatis dan konten massal kini harus berinovasi jika ingin tetap relevan dan menghasilkan uang.

Kebijakan ini adalah bentuk komitmen YouTube untuk mendukung kreator yang membangun komunitas secara autentik. Penonton kini mencari pengalaman yang lebih bermakna—bukan sekadar konsumsi visual cepat. Mereka ingin belajar, terinspirasi, tertawa, atau tersentuh.

Tips Agar Tetap Lolos Monetisasi di 2025

  • Tambahkan narasi, opini, atau interpretasi dalam setiap video.

  • Hindari reupload konten tanpa pengolahan ulang.

  • Gunakan AI secara bijak untuk membantu, bukan menggantikan kreativitasmu.

  • Fokus pada engagement dan value, bukan hanya durasi.

Penutup: Jadilah Kreator yang Dikenal karena Kualitas

YouTube bukan hanya soal jumlah video, tapi kualitas dan niat di baliknya. Di tengah kebisingan digital, hanya mereka yang punya sudut pandang dan kesungguhan yang akan terdengar.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(ipeps)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar