TikTok di AS Selamat dari Larangan, Trump Umumkan Kesepakatan dengan China

Farsya Sabila . September 17, 2025
TikTok di AS
Foto: Xpert.digital


Teknologi.id - Drama panjang mengenai masa depan TikTok di Amerika Serikat akhirnya menemukan titik terang. Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Washington dan Beijing telah mencapai kesepakatan kerangka kerja terkait kepemilikan aplikasi video pendek tersebut.

Kesepakatan ini membuka peluang bagi investor asal Amerika untuk mengambil alih kendali, sekaligus menunda ancaman larangan yang sempat menghantui TikTok. Dalam perjanjian itu, aset TikTok di AS akan dialihkan dari ByteDance, perusahaan induk asal China, kepada konsorsium investor Amerika.

Bagi TikTok yang digunakan 170 juta orang di Amerika Serikat, tercapainya kesepakatan ini menjadi pencapaian penting usai berbulan-bulan tarik ulur antara dua ekonomi terbesar dunia dalam meredakan konflik dagang yang berdampak luas.

Trump menyatakan, “Kami sudah punya kesepakatan soal TikTok... Ada sejumlah perusahaan besar yang siap membelinya,” dalam konferensi pers di Gedung Putih tanpa merinci lebih lanjut. Pernyataan ini muncul sehari sebelum tenggat 17 September, batas waktu penjualan atau penutupan TikTok di AS.

Baca juga: TikTok Luncurkan Fitur AI Baru untuk Lindungi Kreator dari Komentar Negatif

Konsorsium Investor dan Struktur Kepemilikan

Menurut Wall Street Journal, bisnis TikTok di Amerika nantinya akan dikendalikan oleh konsorsium investor yang mencakup Oracle, Silver Lake, serta perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz.

Dalam entitas baru berbasis di AS tersebut:

  • Investor lokal diproyeksikan menguasai sekitar 80% saham.

  • Dewan direksi akan didominasi warga Amerika, dengan satu kursi khusus ditunjuk langsung oleh pemerintah AS.

Model ini serupa dengan perjanjian sebelumnya ketika Nippon Steel diizinkan membeli U.S. Steel dengan syarat pemerintah AS memegang “Golden Share” dan hak menunjuk anggota dewan.

Meski demikian, ByteDance tetap menjadi pemegang saham tunggal terbesar dengan porsi 19,9%, di bawah ambang batas 20%. Sisa 80% saham akan dikuasai konsorsium yang terdiri atas pemegang saham lama ByteDance, seperti Susquehanna International Group (SIG), General Atlantic, dan KKR, ditambah investor baru termasuk Oracle, Silver Lake, dan Andreessen Horowitz.

Pengguna TikTok di AS sendiri direncanakan akan beralih ke aplikasi baru yang masih diuji coba. Aplikasi tersebut akan tetap mengandalkan algoritma rekomendasi konten berlisensi dari ByteDance, yang selama ini menjadi kunci kesuksesan TikTok.

Tantangan Hukum dan Politik

Meski kerangka kesepakatan sudah ada, persetujuan final masih harus melewati Kongres AS yang dikuasai Partai Republik.

Pada 2024, Kongres di era pemerintahan Joe Biden mengesahkan undang-undang yang mewajibkan divestasi TikTok karena kekhawatiran data pengguna bisa diakses pemerintah China. Pada Januari lalu, Mahkamah Agung turut menguatkan aturan itu, yang melarang TikTok beroperasi di AS kecuali ByteDance menjual cabang bisnisnya.

Namun, ByteDance menolak penjualan tersebut dan menegaskan bahwa operasi TikTok di AS berdiri sendiri serta tidak berbagi data dengan Beijing. Pada Januari 2025, aplikasi ini bahkan sempat offline singkat sebelum larangan awal ditunda. Sejak saat itu, tenggat penjualan sudah empat kali diperpanjang, dengan batas waktu terbaru berakhir pada 16 Desember mendatang.

Dinamika Perdagangan dan Respons ByteDance

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut kesepakatan komersial sebenarnya sudah selesai sejak Maret, hanya tinggal menyisakan beberapa detail teknis.

“Kesepakatan ini tidak akan terjadi tanpa perlindungan yang memadai bagi keamanan nasional AS. Namun, kepentingan China juga dapat diakomodasi,” katanya.

CNBC melaporkan kesepakatan itu diperkirakan rampung dalam 30–45 hari, dengan melibatkan investor lama maupun baru. Kesepakatan TikTok sempat tertunda pada musim semi setelah China menolak menyetujuinya menyusul pengumuman tarif tinggi atas barang-barang asal China.

Washington menegaskan kepemilikan TikTok oleh ByteDance membuatnya tunduk pada pemerintah China, sementara ByteDance membantah tudingan itu dengan menekankan bahwa data dan moderasi pengguna AS sudah sepenuhnya dilakukan di Amerika melalui server Oracle.

CNBC juga menyebut Oracle akan melanjutkan kontrak cloud dengan TikTok. Laporan Reuters menambahkan, Gedung Putih merancang agar Oracle bersama investor luar mengendalikan operasional aplikasi tersebut, dengan tanggung jawab khusus pada isu keamanan nasional. Saham Oracle pun naik 1,5% setelah kabar ini.

Kerangka kesepakatan antara AS dan China disebut telah dicapai pada Senin, dengan konfirmasi final dijadwalkan berlangsung Jumat mendatang dalam panggilan telepon antara Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Trump juga mengungkapkan sejak Maret pemerintahannya sudah menjalin komunikasi dengan empat pihak terkait potensi penjualan TikTok, termasuk Microsoft, Amazon, miliarder Frank McCourt, hingga konsorsium yang dipimpin pendiri OnlyFans.

Sikap China

China pada Rabu menyebut kesepakatan kerangka yang dicapai di Madrid untuk mengalihkan kepemilikan TikTok ke pihak Amerika Serikat sebagai langkah “win-win”. Pemerintah China juga menegaskan akan meninjau ekspor teknologi serta lisensi kekayaan intelektual aplikasi video pendek tersebut, sebagaimana ditulis dalam editorial media resmi.

Investor di kedua sisi Pasifik kini menanti panggilan telepon yang dijadwalkan pada Jumat antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, yang diperkirakan akan menjadi momen konfirmasi resmi atas kesepakatan tersebut.

“China mencapai konsensus terkait masalah TikTok dengan Amerika Serikat karena hal itu didasarkan pada prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan,” tulis People’s Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China, dalam komentarnya.

Kemajuan ini dipandang penting bagi aplikasi yang memiliki 170 juta pengguna di AS. Selain meredakan ketegangan, kesepakatan TikTok juga dianggap dapat membuka jalan bagi pembicaraan lanjutan dalam beberapa bulan ke depan, ketika dua ekonomi terbesar dunia berupaya mencari titik temu setelah gencatan tarif yang masih berlangsung.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(fs)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar