
Teknologi.id - Sejumlah peneliti AI kelas dunia yang direkrut Mark Zuckerberg untuk Meta Superintelligence Lab (MSL) memilih mundur hanya beberapa bulan setelah laboratorium itu diluncurkan pada akhir Juni 2025. Padahal, Meta sebelumnya agresif membajak talenta terbaik dengan kompensasi fantastis bernilai triliunan rupiah demi memperkuat ambisi membangun Artificial General Intelligence (AGI).
Kehilangan para peneliti andalan jelas menjadi pukulan besar bagi Meta, mengingat MSL sejak awal digadang-gadang sebagai pusat riset yang akan membawa perusahaan mendekati era kecerdasan buatan supercanggih.
Baca juga: Pemuda Ajaib yang Direkrut Zuckerberg Disebut Bikin Kekacauan di Meta
Deretan Peneliti Senior yang Mundur dari MSL
Dilansir dari eWeek, sejak Juli 2025 setidaknya delapan anggota MSL resmi keluar, termasuk karyawan lama Meta. Beberapa nama penting yang mundur antara lain:
-
Afroz Mohiuddin – Bergabung 2024, keluar Agustus lalu untuk kembali ke OpenAI.
-
Bert Maher – Setelah 12 tahun di Meta, kini pindah ke Anthropic.
-
Chaya Nayak – Hengkang setelah delapan tahun untuk bergabung dengan OpenAI.
-
Tony Liu – Lebih dari delapan tahun di Meta, kini menyiapkan buletin AI pribadi.
-
Chi-Hao Wu – Lima tahun di Meta sebelum menjadi Chief AI Officer di Memories.ai.
Dalam wawancara dengan Business Insider, Chi-Hao Wu mengungkap bahwa dinamika organisasi menjadi alasan utama hengkangnya banyak talenta. “Bukan hanya saya pribadi. Banyak orang di tim AI merasa situasinya terlalu dinamis. Ada terlalu banyak perubahan organisasi — bahkan manajer saya berganti beberapa kali,” ujarnya.
Rekrutan Baru pun Ikut Hengkang
Fenomena ini tidak hanya menimpa karyawan senior. Beberapa rekrutan baru juga memilih keluar dalam hitungan bulan:
-
Avi Verma – Bertahan kurang dari sebulan sebelum kembali ke OpenAI.
-
Ethan Knight – Mengikuti langkah Verma, kembali ke OpenAI.
-
Rishabh Agarwal – Setelah lima bulan di Meta, ia mundur meski sempat mendorong terobosan AI seperti penggunaan data sintetis untuk mempercepat pembelajaran model.
Menurut sumber internal, Meta masih berkutat dengan masalah birokrasi. Tim AI beberapa kali dirombak, bahkan terakhir dipecah menjadi empat kelompok berbeda. Kondisi ini menandakan Meta belum menemukan formula terbaik untuk mengelola proyek superintelligence.
Strategi Baru Meta: Kolaborasi dan Rekrutmen Mahal
Meski diterpa badai hengkangnya talenta, Meta tetap melangkah maju. Alexandr Wang, Chief AI Officer baru Meta yang sebelumnya memimpin Scale AI, mengumumkan kerja sama dengan Midjourney, startup AI generatif populer di bidang gambar dan video. Kolaborasi ini diyakini akan memperkuat monetisasi AI Meta lewat produk seperti Facebook dan Instagram.
MSL kini dipimpin oleh Shengjia Zhao, eks peneliti OpenAI yang ikut mengembangkan ChatGPT, dan kini menjabat Chief Scientist Meta. Perekrutan mencolok lainnya adalah Ruoming Pang, otak di balik Apple Intelligence dan Siri generasi baru, dengan kompensasi lebih dari 200 juta dolar AS (Rp 3,2 triliun).
Tak tanggung-tanggung, Meta juga merekrut Matt Deitke, ilmuwan komputer muda berusia 24 tahun, dengan nilai kontrak fantastis 250 juta dolar AS (Rp 4 triliun).
Baca juga: Meta Siapkan Hadiah Rp 16 Miliar Bagi yang Bisa Temukan Bug WhatsApp Ini!
Zuckerberg Siapkan Anggaran Triliunan Rupiah untuk AI
Mark Zuckerberg menegaskan bahwa ia siap menggelontorkan dana besar demi membentuk tim AI terbaik dunia. Dalam laporan keuangan terbaru yang dikutip Yahoo Finance, Meta berencana menaikkan anggaran infrastruktur hingga 72 miliar dolar AS (Rp 1.180 triliun) pada 2025, naik signifikan dari tahun sebelumnya.
Total, perusahaan sudah menghabiskan lebih dari 1 miliar dolar AS (Rp 16,3 triliun) hanya untuk membangun tim elite AI ini.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(fs)
Tinggalkan Komentar